Selasa, 09 Desember 2014

Kisah Pangeran Bermahkota Peci dan Cinderella Bersandal Gunung

Hai pembaca, siapkah anda mendengarkan kisah asmara kali ini? Kisah ini akan membawa hati para pembaca mengetahui betapa perihnya ketika memendam perasaan yang cukup lama, karena adanya kontroversi persahabatan, hati dan prinsip hidup. Sekali lagi, ini bukan masalah percintaan atau rebutan kekasih. Namun, kisah ini terjadi karena kurang beraninya si Cinderella bersandal gunung dalam mendekati pangeran bermahkota peci.

Mari kita simak peluh kesah Cinderella bersandal gunung dalam mengagumi pangerannya...
Di sebuah istana Batu Permata...
Tinggalah seorang Ratu beserta putra mahkota yang tampan nan gagah, tapi sayangnya dia bukanlah seorang yang pemberani. Putra mahkota selalu mengenakan mahkota peci, menjadikan pangeran ini terlihat "alim". Dia Pangeran Gagah yang tak pernah membantah perintah Sang Ratu. Karena kepatuhan inilah, maka sosok pangeran nampak berwibawa yang membuat kaum hawa jatuh pingsan klepek-klepek didekatnya.

Kali ini, sang Ratu meminta untuk membuat sebuah ekspedisi kepada rakyatnya. Ekspedisi kali ini bukan mengenai ekspedisi tulang rusuk bagi sang Pangeran. Akan tetapi, ekspedisi kali ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan Sang Ratu terhadap kondisi lingkungan istana yang semakin memburuk.

Ekspedisi pun di mulai. "Barang siapa mampu mengubah memperbaiki dan memperindah Istana, maka akan diberinya penghargaan menjadi keluarga besar istana."

Semua woro-woro telah disebar ke seluruh penjuru negeri. Waktu sudah hampir tiga bulan, tidak ada seorang pun yang bersedia dan dengan suka rela melakukan kebijakan Sang Ratu. Para menteri-menteri, dayang-dayang pun hanya tertunduk lemah di hadapan Sang Ratu. "Maaf Ratu, tidak ada seorang pun"

Akhirnya sang Ratu pun bergumam...
Hmmm.... rasa-rasanya, selesai nasib istana ini. Tidak ada yang mampu memperbaiki istana. Lalu bagaimana ini Putra ku..??



Pangeran hanya mondar-mandir tanpa kepastian. Tiba-tiba datanglah seorang gadis bersandal gunung melewati istana Batu Permata yang terlihat kotor. Gadis pejalan itu hanya sekedar mampir minum kopi langsung bernada lirih, "Ratu, bagaimana jika paduka memperindah istana."

Sang Ratu pun mengembalikan pembicaaran kepada gadis bersandal, "Barangsiapa mampu mempercantik istana, maka akan aku hadiahkan kepadanya sebuah penghormatan istimewa menjadi bagian dari Istana. Bersediakan kau gadis untuk melakukannya?", pinta Sang Ratu.

Jika Paduka mengijinkan demikian, maka saya laksanakan paduka.

Senin, 01 Desember 2014

Ini Bukan Masalah Hati, Tapi Tentang Harga Diri Coy

Baru kali ini saya pergi ke toko, dengan tujuan yang gak jelas. Orang kota biasanya menyebut dengan shoping. Tapi, saya tidak mau dibilang kalo saya lagi shoping, lha yo rumongso ra wangun. Karena saya bukan orang kota, maka yang saya lakukan sebenarnya sama dengan kebiasaan ibu-ibu lainnya yang pergi ke pasar untuk belanja bahan makanan dan sabun.

Jadi begini saudara-saudara, perlu anda ketahui bersama bahwa sebenarnya saya ini adalah tomboy (anak perempuan yang sifatnya kelaki-lakian). Saya punya kakak laki-laki, dan yang saya ingat bapak saya adalah guru terbaik saya. Sejak bayi, mungkin saya adalah anak yang disayang-sayang oleh ibu, namun sejak saya punya adik perempuan, saya sering diajak bapak (mergane saya nakali adik). Nah, mungkin sejak saat itu pula, naluri saya sebagai manusia selalu ingin mengikuti apa yang ditunjukkan oleh bapak saya.



Mulai dari umur 3 tahun saya benar-benar diajari oleh bapak saya. Setiap hari, bapak saya saya selalu mengajak saya shalat jama’ah ke masjid. Waktu itu saya belum mempunyai alat shalat, mukena pun tidak memakai. Jadi seketika itu, saya ngedrel (memaksa) minta dibelikan sarung dan peci di Pasar Kliwon. Hahaahaaahaaaa.... Betul itu.! Akhirnya dibelikanlah sebuah sarung kecil dan peci. Pada waktu shalat maghribnya langsung saya pakai. Dengan rasa senang dan PD, saya berdiri di sebelah bapak, yang pada waktu itu menjadi imam di masjid kampung. Ya, Tidak ada rasa malu sedikit pun. Justru saya merasa nyaman dan senang sekali. Entahlah, ada orang yang mengejek saya atau tidak waktu itu. Saya tidak begitu ingat.!

Begitu pula pada waktu masuk TK, saya paling nggak mau memakai rok, dulu saya memakai rok kathok (celana pendek yang lebar) sampai kurang lebih setengah tahunan.  Ibu Guru TK yang setiap hari menjemput dengan sepeda motor Yamaha Merah tahun 70'an yang berbunyi "preketek...preketek...preketek..." melewati jalan yang masih tertata batu putih tanpa aspal, menyampaikan kepada ibu saya, nyuwun tulung mbak Sita menika didamelke rok". Hahahaa, dan ibu saya pun menjahitkan rok untuk saya. Sehingga mulai saat itu saya memakai rok ketika ke sekolah, meskipun di dalamnya tetap ada celana pendek. Hahahaaa..... Iya, itu juga betul.!

Masalah pergaulan pun juga demikian, dari mulai TK hingga sekarang, teman saya banyak yang laki-laki. Memakai celana yang banyak tembel-tembel saku, sandal gunung, sepatu ket, bahkan tas pun juga demikian. Berbagai jenis permainan, seperti kasti, sepakbola, dolanan kelereng, gambar, sekongan, gobag sodor, jet-jetan, hong-hongan, bahkan sampai main kartu (tapi tidak judi lhooo), saya jagonya. Pelari kuat, pelari cepat, pemikir handal, dan gak mau kalah. Itulah prinsip saya ketika bermain. Intinya, saya tidak ada feminimnya sama sekali. Padahal ibu saya selalu menyuruh saya untuk “pupuran”/bedakan biar wajahnya gak kusut, tapi saya selalu menolaknya. Haaahaaa... Ini juga nyata.!

Jadi bagaimanapun juga saya mau cerita bukan tentang hati, tapi ini masalah harga diri. Lalu apa hubungannya dengan harga diri saya? Begini penjelasannya saudara-saudara, harga diri saya itu merasa ditampar-tampar ketika wajah saya terpopoki oleh bedak. Mengapa demikian? Karena dari kecil sampai sekarang merasa ngapain toh dandan segala? Tidak ada istimewanya berdandan, untuk apa? untuk menarik perhatian cowok/lawan jenis? Eih, enak saja, kalian pikir semua manusia itu pelacur yang harus berdandan untuk menarik lawan jenis? Tentu tidak to..?? Itulah sebabnya yang sampai sekarang saya pikirkan. Saya tidak ada keinginan sama sekali untuk menarik lawan jenis agar jatuh hati pada saya. Saya hanya berpikir dan berusaha bagaimana menjadi orang baik dan menjadi yang terbaik. Itu saja. Sungguh, hanya itu yang saya pikirkan. Untuk masalah hati semua adalah kehendak yang Maha Kuasa, akan ditakdirkan dengan siapa saya nanti.

Dan, mungkin wanita pertama yang dipaksa untuk didandani adalah saya. Kejutan istimewa terjadi, ketika tanggal 26 September 2012. Mereka semua, teman-teman saya di laboratorium yang mayoritas terdiri atas anak laki-laki itu memaksa saya untuk berdandan. Tidak kurang-kurangnya seorang dosen yang juga bos saya di berbagai macam proyek itu sebagai penggagasnya. Usaha, perlawanan, menggeliat dan menendang trus saya lakukan, untuk menghindari hal-hal yang seharusnya tidak saya tampilkan. Tapi apa yang terjadi, kejadian yang begitu cepat. Mereka memoles muka saya yang mengkilat menjadi nge-pink merona (mirip kayak serigala habis makan darah).


  
Terima kasih pak dosen dan teman2 lab.ekologi atas hadiahnya


Terima kasih teman-teman, atas kejutan dan polesan yang sempat nempel di wajah saya. Tapi sungguh, suatu saat nanti kalian pasti akan tahu bagaimana keindahan itu datang yang terpancar dari dalam diri saya. Bukan karena make up, bukan pula karena kecantikan rupa. Sekali lagi terima kasih banyak, satu hal yang akan selalu saya kenang :)

Harga diri saya tertindas oleh bedak

Dan mulai tertanggal 27 November 2014, harga diri saya mulai tertindas oleh bedak seharga Rp.31.500,00.

Tetapi maaf saudara-saudara, sekali lagi saya bedakan bukan untuk dibeli, dipacari apalagi untuk kesenangan anda. Saya hanya berusaha agar tidak durhaka lagi kepada ibu saya. Hanya itu saja maksud saya. Dan untuk masalah masa depan,ya itu urusan nanti. Hahahaaa.... itu juga betul.!!!

Kamis, 20 November 2014

Ku Titipkan Pada Mereka

                                                              

Hei mimpi-mimpi saya semakin morat-marit. Dihajar perasaan, digusur oleh usia, dihantui rasa bersalah dan menyesal. Mengapa demikian? Mungkin karena di otak saya hanya ada kamu yang waktu itu benar-benar meninggalkan ku dalam kesendirian. Kamu tega membiarkan saya berjalan sendiri diatas monorel otak yang kian keriting karena kehidupan pendidikan yang bukan menjadi keahlian.

Mimpi-mimpi itu kini terus tergerus, meskipun saya yang bermimpi-mimpi membangun pendidikan untuk pedalaman. Bukan karena terinspirasi oleh Anies Baswedan, ataupun karena Anis si wong Edan. Tapi, semua berawal dari kehendak Hatiku yang Edan.

Sedikit pengantarnya begini saudara-saudara...
Saya mulai memikirkan pendidikan di daerah pedalaman mulai tahun 2009, bertepatan dengan pembuatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Ide sederhana itu mulai muncul, kurang lebih seminggu sebelum pengumpulan PKM DIKTI bagian Gagasan Tertulis. Ide ngawur nan sederhana muncul mengenai Rumah Pohon sebagai sarana Pendidikan Lingkungan Hidup di DAERAH PEDALAMAN. Dan judul tersebut mulai menjadi inspirasi pertama dalam memunculkan mimpi-mimpi selanjutnya.

Teeet... dan sejak dari situlah, didalam otak saya hanya ada kata "Rumah Pohon", Pendidikan "Lingkungan Hidup", dan "Anak-anak Pedalaman".

Pertama Rumah Pohon...
Hayooo njajal, Kenapa kok Rumah Pohon? Rumah Pohon merupakan sebuah istilah gubug atau pondok atau bangunan yang berbahan dasar utama bagian-bagian pohon, baik berupa kayu, bambu, batang pohon sebagai tiang, atap dari rumbia bisa jadi daun kelapa, bahkan alas dan dinding dari papan. Rumah pohon, sebuah penerapan konsep bangunan sederhana yang ramah lingkungan yang dijadikan sebagai pendekatan dan sarana kegiatan.

Selanjutnya mengenai Pendidikan Lingkungan Hidup...
Melalui pendidikan lingkungan hidup inilah, saya berupaya memberikan pengertian kepada mereka agar dapat menyeimbangkan antara kebutuhan manusia dan lingkungan hidup. Bagaimanapun juga, manusia tetap membutuhkan sumber daya hayati sebagai pemenuh kebutuhan hidup. Namun, sebagai manusia yang diberi akal, maka sudah semestinya mereka juga dapat berpikir bijaksana dalam mengelola sumber daya hayati yang di berikan Tuhan secara gratisan. 
Oleh karena itu, pentingnya pendidikan lingkungan hidup menjadi dasar yang penting sebagai pegangan manusia ketika mengelola dan hidup berdampingan dengan lingkungan. Termasuk, ketika manusia menggunakan pohon sebagai pemenuh kebutuhannya.

Ya Anak Pedalaman, saya jadikan sebagai sasaran utama.!
Saya sangat membayangkan, bahwa anak pedalaman itu tinggal di dalam hutan, terpencil, dan jauh dari pengaruh orang jahat dan rakus. Mereka orang-orang yang polos dan sangat bergantung dengan alam sekitarnya. Maka mulai dari mereka, saya mencoba memberikan pengaruh, agar mereka yang menjadi pemiliki lingkungan sekitarnya mampu mempertahankan keaslian habitat dan alam mereka. Sehingga keberadaan mereka sangat berperan penting dalam penyelamatan kawasan-kawasan yang masih alami. Hak kekuasaan atas tanah mereka merupakan hak penuh milik orang pedalaman, dan bukan atas kekuasaan juragan kelapa sawit, pemborong karet, maupun jugaran tambang. Oleh karena itu, besar sekali harapan saya kepada mereka terhadap kebijakan dalam mengelola dan mempertahankan kekayaan alam atas tanah mereka sendiri.

Kembali kepada mimpi-mimpi yang bertebaran di pedalaman, namun tidak pada kenyataannya. Mereka justru menghampiri saya di sebuah kota pinggiran pesisir yang begitu panas dan tak beradab ini. Mereka yang dari Ambon, Flores, Lembata, Ende, jauh-jauh sekali mereka menimba ilmu menyebrangi lautan berkali-kali. Perjalanan mereka ditapuk ombak berkali-kali. Pastilah saya membayangkan rasa mual di karena lambung saya terkoyak-koyak. Sampai pada akhirnya kalian bertemu dengan kami. Oooohhhh.... alangkah kejamnya kami ini para guru, menunggu kalian yang datang kemari. Seharusnya kami tak pantas sekali melakukan ini.







Lihatlah kalian yang ada di seberang lautan, dibalik angkuhnya gelombang raksana. Kami sampaikan sejuta kabar gembira. Tanda kemenangan bagi manusia-manusia di pedalaman. Melalui mereka, ilmu itu kami sampaikan. Tiada sedikitpun yang kami kurangi. Justru keterbukaan kalian dari tanah nan hijau sana, kalian serukan alam yang serba mewah dan serba kaya raya. Kami hanya punya sedikit teknologi untuk menciptakan manusia-manusia pedalaman yang tangguh dan tak ketinggalan jaman. Melalui berbagai peristiwa, aku sampaikan salam kemajuan untuk anak-anak pedalaman.

Hoey kalian yang ada di seberang lautan yang tak tampak, aku kirimkan Dr. Nur Fitria Tihurua, Prof. Dr. Ardly Abdul Halik Leurima, Dr. Huldi Husadah, Guru Anwar Wenno, Guru Putri Wulandari, Bidan Zaitun, Guru Jainab Tihurua, Gubernur Muhamad Sadi sebagai seruan kebangkitan manusia-manusia di pedalaman.

hai anak pedalaman, ku titipkan pada mereka
Salam Indonesia Jaya!

Sabtu, 15 November 2014

CEMENG di bulan OKTOBER


CEMENG merupakan bahasa krama inggil dari HITAM.

Cemeng? Lalu, apa hubungannya dengan Oktober?

Saya kira bulan Oktober ini bulan paling panas di tahun 2014, sekaligus sebagai bulan kemarau terakhir sebelum tiba waktunya musim hujan. Di bulan ini, saya cukup banyak menghabiskan waktu di luar ruangan. Kegiatan di lapangan, pantai bahkan di gunung merupakan aktifitas mingguan di Bulan Oktober 2014. Tidak kurang-kurangnya di awal Nopember pun masih ditawari untuk menjadi pendamping Kemah Santri di sebuah kebun buah. EKSOTIS, bukan..!!

Mari ikuti cerita saya CEMENG di bulan OKTOBER....

Cemeng part #1

Bermula dari 6-7 Oktober, saya diminta sebagai pendamping kemah anak-anak Madrasah Aliyah dalam Jambore Daerah Hizbul Wathan Kulon Progo.





Lokasi di sebuah tanah yang lapang, tapi bukan lapangan. Hanya saja hendak digunakan sebagai bumi perkemahan. Lokasinya cukup strategis, tidak jauh dari permukiman penduduk. Menarik bagi mereka, tapi membosankan bagi saya. Kegiatan dalam jambore berupa kerja bakti dan bakti sosial. Sungguh.! Uniknya dari kemah ini, selama 3 hari dan setiap hari menu utamanya yaitu daging kurban. 

Ingat, tanggal 6-7 Oktober itu hari Tasyrik

Cemeng part #2

Tanggal 7 Oktober telah diputuskan 3 minggu sebelumnya, bahwa Madrasah Tsanawiyah akan mengadakan studi wisata di Jepara. Jepara yang terpilih..?? What the ___???

Saya sangat ingat betul waktu kuliah praktek biologi perikanan di BPAP Jepara yang hanya terletak di sebelah Pantai Kartini. Panas, emosi, dan ringut benar-benar masih melekat dalam benak saya. Makan yang terlambat, sama persis dengan kejadian kuliah praktek waktu saya masih jadi mahasiswa.

Nah, karena sudah pengalaman cari tempat makan di Pantai Kartini langsung saja saya dan kangmas menuju ke museum kura-kura yang di sebelahnya penuh dengan warung ikan bakar. Ra kakeyan mikir, turun bis langsung menuju ke lokasi makan, pesen kakap bakar dan cumi asem manis. Hihihi :)

Wareg lek....!!!

       

Meskipun sudah makan, tapi kalo yang namanya piknik ke pantai itu ya jelas panas. Jadi saat itu, kemalasan pun terjadi... Berjalan hanya berputar dan duduk-duduk saja di depan museum kura-kura. Ih Wow... di dalam benak saya, Jepara itu pantai utara dan kota panas, puanass temen.!!! Lokasi wisata yang kami datangi selama study tour di Jepara yaitu Pantai Kartini, Pantai Badengan, Museum RA Kartini dan Desa Ukir.

Hoalah... piknik'e ra mboys blas, mergo panassss...!!!

Alhasil, tambah cemeng deh saya seperti ketiga pembalap dari timur..!!!!


Cemeng part #3

Sepulang dari piknik, datanglah surat edaran dari Kabupaten mengenai pengadaan lomba lukis pot. Hari Ahad, saya tidak mengira betul jika saya diminta untuk mendampingi dan ikut menggoreskan cat ke pot. What the ****?

     

Ya, daripada nganggur akhirnya "tak iyani" saja untuk ikut lomba lukis cat bersama anak-anak. Berangkatlah kami pake motor menuju ibukota kabupaten, yang jauhnya sekitar 30 km dari sekolahan. Berangkat dengan konsep matang, tetapi sampai sana rusaklah konsep karena tujuan untuk bersenang-senang. Waktu yang begitu longgar awalnya, menjadi terasa malas karena puanasssnya minta ampun. Kereta api yang lewat pun seolah menjadi hiburan tersendiri bagi kami, karena kebetulan lokasinya berada di dekat rel kereta api. Tidak sia-sia pula kami berkreasi bisa menghasilkan 4 punakawan (semar, petruk, gareng, bagong) dengan hasil petruk dan gareng yang kurang maksimal akibat baterai tablet habiZzzzz..... :'(

Cemeng Part #4

Awalnya, mau ikut gabung kegiatan JBW (Jogja Bird Walk) yang diadakan Pengamat Burung dari Bionic UNY

Tapi berhubung kondisi muara tak kunjung surut, maka diputuskan untuk mengisi materi dulu mengenai "burung" (bawa papan tulis lhoo)....

Setelah materi dianggap cukup, akhirnya dilanjutnya "ceceblon" di delta dan terlihat dari kejauhan ada 2 orang laki-laki yang sedang sibuk menanam mangrove. Rupanya kegiatan tersebut merupakan proyek dari UGM. Berhubung muara belum juga surut dan burung migran pun masih bisa dihitung jari, maka kami membantu bapak2 tadi untuk menanam mangrove. Ya kurang lebih 50 propagul yang telah kami tancapkan di delta Progo.
"Peduli Sungai Progo", teriak salah seorang siswa yang pernah mengikuti pelatihan sanitasi di hotel Jayakarta.

      

      

setelah selesai, kami pun mulai melakukan tujuan utama kami, yaitu pengamatan burung.
anak-anak sangat sibuk rupanya untuk mengenal burung bule (burung migran), mulai dari sketsa, meneropong dengan binokuler 1 yang digunakan untuk rebutan, bahkan sampai mencoba mengidentifikasi



        

karena dirasa cukup untuk pengamatan burung, maka tibalah berjuta pertanyaan "ngapain sih burung bule itu pada datang ke sini?"

oke, dengan saringan cendol dan kelapa (kalo) maka merekapun segera mengambil sampel berupa moluska dan beberapa jenis gastropoda termasuk crustacea yang ditemukan di muara tersebut.
"coba di cek, di balik batu kira-kira ada sesuatunya ndak? soalnya ada tuh yang namanya burung Trinil Pembalik batu dan kebiasaannya balik2 batu trus notol-notol"
akhirnya, karena pengambilan sampel dirasa cukup diputuskan untuk pulang pada pukul 12.00 (biar kayak cinderella gitu...)
diperjalanan pulang, rupanya kami disambut berbagai jenis burung migran yang mencari makan di sawah sepanjang desa Banaran
hati yang udah capek, panas, semilir angin, dan girang pun menemani perjalanan pulang

CEMENG part #4 ...... see you next time

Sabtu, 13 September 2014

Peluang Sayang... #Part1

Dia seorang yang telah lama aku kenal, tepatnya dia adalah mantan pacar dari teman dekat ku ketika SMP. Kala itu, kami selisih 2 tahun. Dia yang terlalu polos, pendiam dan pinter membuatnya terlihat mempesona di depan teman dekat saya.
Dulu, tak ada hubungan spesial diantara aku dan dia. Bahkan, dia mungkin tidak mengenal saya, saya pun demikian. Saya kira, gen ganteng tak ada pada dirinya. Jadi saya juga tidak ada niatan untuk menyukainya apa lagi menyayanginya.

Gambar 1. Nuansa Alam Nusa Penida


Akan tetapi, kurang lebih 8 tahun kemudian, tepatnya di Pulau Nusa Penida, terpenggal sebuah cerita yang saya pikir bisa sedikit mengusir kesendirian.

Cerita dari seorang teman kasur mengenai kisah cinta untuk kehidupannya di masa mendatang cukup menginspirasi. Pulau Nusa Penida yang saat itu menjadi saksi, sangat antusias menjadi pendorong keinginan saya untuk membuka hati. Dan sejak itulah, aku memulai membuka pintu hati yang telah lama terborgol dalam kesendirian.

Kini kisah itu di mulai...
Akhir bulan Januari menuju awal Februari...
Kuperkenalkan terlebih dahulu, mengenai si Burung Jalak Bali yang setiap hari kucari dan ku kejar demi sebuah gelar Sarjana Sains untuk teman kasur itu... Jenis burung hasil pelepasliaran sebuah LSM ini menjadi sasaran kedatangan saya di Pulau Nusa Penida.
Gambar 2. Sketsa Burung Jalak Bali

Burung Jalak Bali, yang disebut-sebut sebagai burung paling setia terhadap pasangannya. Ceritanya, burung  Jalak Bali apabila ditinggal mati oleh pasangannya, dia tidak akan mencari pasangan lagi sampai mati nanti. Burung ini merupakan burung yang setia, karena kemanapun dia pergi, selalu berpasangan. Dan apabila bertelur, secara bergantian antara jantan dan betina sama-sama menjaga telurnya. 

Di sisi lain, aku pernah trauma, karena pernah mengalami kisah cinta di masa lalu yang dapat diibaratkan seperti seekor ayam. Sehingga membuat ku ragu untuk melangkah lagi.

Namun, ketika burung Jalak Bali mulai menginvasi pikiran ku, akhirnya aku tau betapa so sweet-nya kehidupan burung Jalak Bali, tidak seperti ayam to?

Berawal dari situlah, keinginan ku untuk mengukirkan cerita cinta lagi...

Sabtu, 12 Juli 2014

"MEDIA", Lalu...? "OTAK"

Saya kira perdebatan sengit antara kedua Calon Presiden dan pendukungnya akan selesai setelah Pemilu. Tapi ternyata, semakin bertambah hari semakin ramai diberbagai media. Kebingunan, perpecahan, bahkan rasa saling membenci, kini telah menjamur di kalangan masyarakat.

Berbagai macam media, secara terus menerus menyala bagaikan sebuah kompor dalam kehidupan. Sebenarnya, Rakyat Indonesia sedang di "Adu Domba" oleh opini yang beredar di berbagai macam media. Dan sepertinya masyarakat pun juga tidak sadar bahwa saat ini mereka sedang menjadi domba. Luar Biasa! Tapi ingat, saya bukan domba!

Pernyataan pertama : "Media" kali ini bertindak sebagai pengadu domba.

Lalu, Media itu siapa? Ya, saya kira pikir media itu hanya sebuah bayang-bayang. 
Lalu, apakah media akan berdosa karena melakukan adu domba?
Lalu, kalo dia adalah bayang-bayang, dosanya apa? Lha wong dia hanya jadi pengikut!

Pernyataan kedua : "Berarti, orang-orang yang mencari berita"

Lalu, para pencari berita itu yang salah?
Lalu, Bagaimana dengan orang-orang media? Saya yakin mereka yang membuat dan mencari berita tidak salah, kan mereka sibuk mencari nafkah. Ya, orang-orang yang mencari berita adalah para pekerja, yang sebentar lagi mereka berharap akan dapat THR. Hanya itu.!!!

Lalu, siapa yang menyuruh para pencari berita? Inisiatif kah?
Yang jelas, ada BOS to...??
Lalu, BOS-nya siapa..?? Domba..?? Tidak mungkin domba! Ingat, domba hanya obyek dari media.

Saya yakin, BOS itu DUIT.
BOS : Bantuan Operasional Sekolah = bentuknya apa? DUIT kan.??

Lalu, DUIT yang salah..?? Duit itu gak punya kaki, gak punya tangan. Punya tangan satu aja disuruh bawa pedang. Duit ndak salah saudara-saudara.

Lalu, siapa yang salah..??

Karena duit nggak punya kaki dan tangan, maka berkolaborasilah dengan manusia. Kaki dan tangan manusia dikendalikan oleh otak. Sehingga OTAK bertindak sebagai BOS dalam tubuh manusia.

OTAK mikir DUIT agar bisa menjalankan KAKI dan menggerakkan TANGAN sehingga terwujud BERITA dalam berbagai MEDIA!

Senin, 30 Juni 2014

EKSPEDISI Muara Sungai Progo

Gambar 1. Ekspedisi Ikan di Sungai Progo

Muara Sungai Progo yang terletak kurang lebih 4 km dari madrasah menjadi tujuan ekspedisi Kelompok Ilmiah Remaja MTs Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Juni 2014. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengeksplorasi fauna yang terdapat di Muara Sungai Progo. Muara yang merupakan kawasan perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kulon Progo memiliki tingkat keanekaragaman fauna yang cukup tinggi.
Ekspedisi Muara Suangai Progo ini awalnya hanya untuk jenis-jenis ikan. Akan tetapi, melihat kenakeragaman jenis fauna yang lain maka capung, burung dan belelang pun tak luput dari santapan kamera. Oleh karena itu, sambil menunggu ikan yang dijaring, beberapa siswa sibuk mengamati Capung Brachydiplax chalybea, Crocothemis servilia, Orthetrum sabina. Mereka berlomba-lomba tanpa hadiah untuk mendapatkan foto terbaik belalang sembah, capung dan beberapa flora. Selain itu, keberadaan burung Cici padi (Cisticola juncidis), Bubut alang-alang (Centropus begalensis), dan Raja Udang Biru (Alcedo coerulescens) cukup menjadi iklan dalam ekspedisi kali ini.


Gambar 2. Beberapa Jenis Fauna yang terdokumentaskan

Keanekeragaman jenis ikan, burung, capung merupakan fauna yang cukup unik untuk dipelajari di Muara Sungai Progo. Kegiatan yang diikuti oleh 13 siswa yang didampingi oleh 2 orang guru ini cukup sukses. Bukti kesuksesan ditunjukkan bahwa siswa mampu mendokumentasikan berbagai jenis fauna seperti ikan, capung dan burung dengan kualitas foto yang baik. Selain itu, sebuah artikel mengenai keanekaragaman jenis ikan di Sungai Progo yang sedang dalam masa pengerjaan diharapkan dapat menjadi sebuah dasar penelitian selanjutnya.
Beberapa spesies ikan yang sudah mampu diidentifikasi diantaranya adalah ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), Ikan sepat (Trichogaster trichopterus), Ikan Sapu-sapu (Hypostomus plocestomus), Ikan Gabus (Channa striata), Ikan Nila (Orheochromis niloticus), Ikan Belanak (Mugil dussumieri), serta Ikan Keting (Mystus nigriceps).
Gambar 3. Elang Tikus
Sekitar pukul 14.00 WIB, kami mendapatkan kejutan luar biasa dari seekor elang Tikus (Elanus caeruleus) yang sedang bertengger di sebuah pohon tinggi yang sedang meranggas. Elang Tikus menjadi catatan pertama ditemukan di Muara Sungai Progo/Kawasan Pantai Trisik. Burung ini dilindungi oleh Dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999 serta Appendix II CITES (Sit/14).



Sabtu, 15 Maret 2014

Sekolahkan saja Putra-putri Kesayangan Panjenengan di MADRASAH


Alkisah, dari mendengar, melihat, mengamati kondisi MADRASAH yang saat ini semakin ditinggalkan oleh masyarakat
Beberapa kali, bahkan sangat sering kali saya mendengar celetukan bahkan permohonan "minta tolong ya, kalo ada sanak saudara, atau kenalan, silahkan daftarkan di Madrasah kami." Atau suatu ketika bapak-ibu guru dari madrasah mendatangi sekolah-sekolah ditingkat bawahnya untuk memperoleh murid demi kelangsungan hidup sebuah "madrasah". Dan ada juga yang membuat brosur dengan berbagai desain dan hanya disebarkan tanpa ada sosialisasi yang jelas (pada akhirnya malah menjadi sampah).
Ini semua FAKTA, kita harus sama-sama menyadari.

Disini saya tidak mau berdebat masalah gerakan Islam (Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, atau yang lain). Tapi berhubung saya adalah orang Muhammadiyah, tinggal di lingkungan Muhammadiyah, bahkan sekolah saya pun adalah "madrasah" Muhammadiyah. Maka perkenankanlah saya membuat pernyataan tentang "madrasah"nya, bukan Muhammadiyahnya. Oleh karena itu, dari sinilah saya akan mencoba membuat beberapa pernyataan tentang "madrasah".

Pernyataan-pernyataan yang timbul nantinya adalah pendapat saya pribadi terhadap kondisi madrasah saat ini. Sehingga, jika ada pro atau kontra terhadap pernyataan yang saya sampaikan, maka hanya cukup menjadi pembanding saja. Oke, cukup sekian pengantar yang saya sampaikan, mohon agar dimengerti.

Dalam sebuah hadist disebutkan:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

"Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka dimudahkanlah surga" (HR. Muslim)

Pada umumnya ilmu dapat diperoleh dari sekolah, madrasah, kampus, dan lembaga pendidikan lainnya. Tapi, sebenarnya ilmu itu dapat diperoleh dari mana saja dan kapan saja tidak terbatas pada tempat-tempat tersebut. Misalnya saja, ada seseorang pencari kerang yang pekerjaannya bertempat di atas lumpur, begitu susahnya dia berjalan dengan kedua kakinya karena selalu terpelosok. Kemudian seseorang itu melihat seekor ikan mudskipper yang bergerak ngesot-ngesot menyusuri lumpur. Dia berpikir, mungkin dengan permukaan yang luas dia tidak akan tenggelam. Akhirnya pencari kerang itu, berupaya agar dirinya tidak terjebak dalam lumpur dengan permukaan tubuh ikan tersebut maka dia dapat bergerak. Akhirnya seseorang tersebut berfikir, jika saya bergerak ngesot-ngesot seperti ikan mudskipper mungkin tidak akan terpelosok. Sehingga dicobalah, gaya ngesot ikan mudskipper tersebut untuk berjalan di lumpur. 
Begitulah ilmu.

Sedikit mengerucut, tempat menuntut ilmu di suatu tempat misalnya adalah di sekolah atau madrasah. Di Indonesia, Sekolah dan Madrasah sama-sama mengajarkan ilmu pengetahuan umum serta teknologi terhadap anak didiknya. Sedangkan perbedaan antara sekolah dan madrasah terletak pada banyak sedikitnya ilmu agama yang diberikan. Jika di sekolah negeri hanya diajarkan pendidikan agama, maka di madrasah pendidikan agama dibagi menjadi qur'an hadits, fiqih, akidah akhlak, tarikh, dan bahasa arab. Oleh karena itu, "Madrasah" seharusnya menjadi pilihan utama bagi masyarakat dalam menempuh pendidikan. Karena madrasah mampu memberikan bekal untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Keseimbangan dua ilmu ini sangat penting menjadi pegangan dalam hidup di dunia ini. Sehingga dapat tercipta insan yang mampu menempatkan diri sebagai hamba Allah dan sebagai makhluk sosial yang diciptakan dan hidup di dunia.

Jadi Bapak-Bapak, Ibu-ibu, Pak Lek, Bu Lek, Pak dhe, Mbok dhe...
Menuntut ilmu, tidak harus di sekolah negeri, tidak harus di luar negeri, tapi alangkah lebih baik sambil jadi SANTRI. Begitulah istilah yang pantas disampaikan, agar senantiasa orangtua mampu mendorong anaknya untuk gemar menuntut ilmu, khususnya ilmu agama sebagai bekal akhirat kelak. Lalu, Pendidikan yang seperti apakah yang mampu mendampingi anak-anak agar gemar menuntut ilmu agama..?? Iya, pendidikan di MADRASAH tentunya. 

Oleh karena itu, Madrasah pantas untuk dipilih, Madrasah layak untuk berkembang dan maju.

Lalu, apa alasan mereka tidak mau memilih ke madrasah..? Berikut beberapa hasil survey dari beberapa orang
  1. Keinginan orang tua mereka agar anaknya sekolah di sekolah negeri NUMBER ONE di kabupaten/propinsi
  2. Siswa cenderung masih mengikuti teman
  3. Benar-benar ingin bersaing
  4. Siswa tidak senang menuntut ilmu agama (inilah yang menjadi ancaman besar)
Yaaa, sekilas begitulah alasan-alasan yang sering menggelitik telinga saya, terutama alasan yang pertama. Banyak bapak/ibu guru yang mengajar di madrasah namun anak-anak beliau tidak disekolahkan di tempat beliau-beliau mengajar. Bahkan bapak/ibu guru seraya, menyarankan kepada anak-anak mereka untuk sekolah ke sekolah-sekolah unggulan.

Lalu, siapa yang mau menuntut ilmu di madrasah tempat njenengan mengajar..??
anak siapa..?? anak tetangga njenengan.?? menunggu anak pindahan.??  atau anak dari luar pulau..??
Jika dibiarkan terus menerus, bagaimana nasib MADRASAH tempat panjenengan mengajar..?
Bisa menjadi HEBATkah..??
Ya, begitulah FAKTA yang terjadi dalam lingkup madrasah atau sekolah-sekolah yang kurang diminati. 
Banyak tenaga pendidik yang bekerja di madrasah, namun kurang tanggap dalam mengembangkan madrasah.

Gambar. Madrasah DU Muhammadiyah berdiri 5 Juli 1932 pernah memiliki murid sedikit
Sedikit gambaran, dulu Bapak saya adalah pengurus Muhammadiyah (sudah almarhum). Sejak kecil saya di sekolahkan mulai dari TK ABA, SD Muhammadiyah, MTs Muhammadiyah, dan MA Muhammadiyah... Semua sekolah memiliki pendidikan agama yang lengkap. Berawal dari situlah, saya mulai menyadari betapa besarnya peran orang-orang yang berada di dalam sistem terhadap perkembangan sebuah madrasah.

Mulai terbayang-bayang dalam pikiran saya. Betapa besarnya jalur pendidikan agama, yang sudah ada sejak dulu, namun kurang disadari oleh masyarakat.
Misalnya, dalam Alur pendidikan Muhammadiyah,
mulai dari TK ABA - SD/MI Muhammadiyah - SMP/MTs Muhammadiyah - SMA/MA/SMK Muhammadiyah - PT Muhammadiyah - tenaga pendidikan/kader Muhammadiyah
LUAR BIASA HEBATNYA, jika semua menyadari dan mampu berperan aktif untuk memajukan pendidikan mengikuti alur tersebut. Pada akhinya Sekolah dan Madrasah mampu bersaing secara global.

Sebagai penutup, saya hanya ingin menyampaikan "Sekolahkan Putra-putri Kesayangan panjenengan ingkang berada di lingkup MADRASAH" dan mari kita memajukan madrasah melalui potensi-potensi putra-putri bapak ibu guru sekalian, jangan hanya menunggu dan mencari, tapi mari kita turut berkontribusi. Jangan takut, mengajar anak sendiri di sekolahan, karena putra-putri panjenengan Insya Allah sebagai teladan bagi teman-teman/anak-anak yang lain atas apa yang bapak/ibu guru sampaikan.
Sekian, semoga bermanfaat.
I love Madrasah
anak tetangga njenengan.??

Jumat, 07 Februari 2014

KEJUTAN si KUTU KATUL

Makhluk ini bukan dari planet lain
Makhluk ini tinggal di bumi
lebih tepatnya dia sekarang sedang merapat di rumah saya
Ada berjuta-juta (bisa jadi milyaran) jumlahnya
NGERI DECH..!!

sebelumnya saya jelaskan dulu bentuk morfologi si hewan ini :
-ukuran tidak lebih dari 1 mm
-warna putih
-memiliki alat gerak
-hidupnya berkoloni (ditemukan mungkin jutaan lebih jumlahnya)
-habitat : banyak ditemukan dari katul,
-tingkah laku : pada siang hari tidak dijumpai hewan ini banyak bergerak, namun pada malam harinya hewan ini banyak bergerak dan menyebar ke sekitar sumber (mengerubung gelas, meja, lodong, jumbo, dll)
karena penasaran dengan makhluk kecil ini (dimana ukurannya ndak lebih dari 1 mikrometer),
akhirnya saya putuskan untuk mengambil sampel dengan merekatkan hewan mungil ini pada sebuah isolasi bening berukuran 20 cm2 (dalam sampel tersebut ada sekitar 50-100 individu jumlahnya)

Gambar 1. Hasil pengamatan Kutu Katul dengan mikroskop cahaya

HASILNYA.... setelah saya amati dengan menggunakan mikroskop cahaya milik MTs DU, diperoleh gambarnya seperti di atas
menurut orang awam katanya sih ini kutu katul (nama ilmiah : belum tau)
*belum diketahui pasti efek dari meledaknya populasi hewan kecil ini
sekian info dari saya 

Rabu, 01 Januari 2014

Kecepatan Rata-rata Jalannya Semut



Berdasarkan hasil penelitian terhadap SEMUTyang tadi siang saya lakukan, diperoleh informasi sebagai berikut :
  1. kecepatan rata2 jalan = 1,5 cm/sekon
  1. waktu tempuh semakin berkurang, akibat banyaknya pertemuan antar semut
  1. semut yang berukuran lebih besar dari semut pekerja tidak selalu bertumbukan dengan semua semut, akan tetapi semut kecil berusaha untuk selalu bertumbukan dengan semua semut
  1. semut pekerja = semut pembawa makanan
  1. jika ada penghalang dari jalur yang dilewati, ada semut yang berusaha untuk menyingkirkan halangan tersebut, tapi tidak selalu dilakukan oleh sekelompok semut (teramati hanya 1 semut yang melakukan)
  1. semut beraktifitas pada saat siang hari, sedangkan pada waktu malam harinya tidak ditemukan aktifitas semut pada jalur tersebut