Senin, 23 Desember 2013

Kehidupan Organisasi

Tiba-tiba malam ini saya punya kata-kata mutiara, dan spontan terucap, dan semoga menginspirasi...

Malam ini saya cukup membahas kata "Organisasi", dan bila membahas terlalu banyak dikhawatirkan akan membuat anda bosan. Oleh karena itu, saya hanya mempunyai sebuah istilah dalam organisasi, " Organisasi yang baik itu adalah ibarat pohon yang berbuah"

Gambar 1. Organisasi yang baik ibarat Pohon berbuah
Kenapa saya membuat pernyataan semacam itu? berikut alasan yang saya berikan :

Akar dari pohon merupakan sejarah awal berdiri suatu organisasiBatang utama merupakan tujuan utama (visi).

Cabang pohon merupakan tujuan atau proker dari suatu divisi dalam organisasi, arah gerak suatu organisasi untuk mencapai tujuan utama. Agar tidak saling bertumbukan dan berebut, maka cabang pohon bergerak menuju arah yang belum ada apa-apanya.

Ranting merupakan tujuan/cita2 dari masing2 "individu" atau bisa dikatakan anggota dari organisasi. Tentunya setiap orang mempunyai cita-cita sendiri untuk kemajuan organisasinya. sehingga dari masing-masing "individu" tetap berpedoman terhadap tujuan organisasi.

Jika tumbuh dengan baik, dari ketiga komponen keras dan kaku tersebut, maka selanjutnya adalah ranting-ranting dipenuhi dengan daun, selanjutnya bunga dan akhirnya akan berbuah. dari buah dia akan menghasilkan biji yang mampu menyebar yang dibantu oleh polinator.

Daun-daun yang semakin banyak, lemas gemulai dan berwarna hijau segar merupakan semangat. Semakin banyak daun maka semakin banyak oksigen yang dihasilkan. DAUN Menjadi pasokan semangat untuk terus tumbuh dan berkembang

Selanjutnya akan muncul BUNGA, yang indah nan elok. Menjadikan lingkungan sekitarnya kagum dan terpesona akan keindahan bunganya. Termasuk kupu-kupu, lebah, bahkan burung-burung pun memanfaatkan nektarnya menjadi sumber kehidupan. 

Tak disangka, bahwa mereka pun ternyata juga menjadi agen pengawin, sehingga muncul BUAH. Manis, segar dan mengandung banyak vitamin. Sangat bermanfaat sekali bagi kesehatan manusia. Sumber kenikmatan bagi hewan tengah malam, seperti kalong dan kawan-kawannya.

Dalam daging buah, ada yang dinamakan BIJI yang biasanya tidak dimakan oleh konsumen, dibuangnya ke tanah. pada akhirnya biji itu pun tumbuh dan jadilah tumbuhan baru, seakan-akan banyak sekali masyarakat di sekitarnya yang turut mendukung bahkan menjadi anak buahnya.

Gambar 2. Jangan menjadikan Organisasi seperti Tumbuhan kaktus
Akan tetapi, jika tidak ada batang, cabang dan ranting maka daunnya pun akan lemas, mengkeluk, dan rapuh, atau bahkan akan seperti tumbuhan kaktus yang penuh duri-duri dan membahayakan bagi makhluk sekitarnya..??

Selamat malam, tetap semangat...!!

Catatan Mahasiswi Usai Sidang

SIDANG TUGAS AKHIR

setelah sidang dilaksanakan....

saya harus menunggu beberapa saat untuk menunggu keputusan dosen penguji dalam memutuskan apakah saya mengulang atau tidak

tik..tok..tik..tok..tik..tok.. (dan waktu pun terus berjalan)

tidak lama kemudian, terdengar panggilan dari pintu ruang sidang lantai 2...

"Nur Sita Hamzati.........."

saya langsung menuju ruang sidang dan berdiri tepat di depan, diantara dosen penguji dan layar (istilah jawanya = geber).

Ketua Sidang :
berdasarkan hasil diskusi dengan semua dosen pembimbing, nilai dari sidang akhir sudah diperoleh, namun belum bisa dikeluarkan sebelum revisi selesai.

Sempat terjadi tanya jawab singkat :

"setelah ini mau ngapain...??" tanya seorang dosen penguji

"setelah ini saya mau mengabdi bu," jawab saya bangga.

"oiya, kamu dari kemenag ya" kata ketiga dosen penguji

"mengabdi dimana?" kata dosen penguji yang lain

"setelah ini saya kembali ke sekolah asal saya, di MTs. Kemarin saya sudah di telpon untuk mengabdi mengisi guru biologi. karena memang kekurangan dan menunggu kedatangan saya" terang saya

"o ya sudah mau jadi guru pun sudah bagus. lanjutkan saja. tapi kalo ada kesempatan lanjut studi, lanjut. eman-eman dengan kemampuanmu itu" salah seorang dosen menjelaskan kembali.

"iya bu, insya Allah", jawab saya

kemudian salah seorang dosen lagi dan dosen yang lainnya saling bersahut-sahutan berpesan :
1. kalo bisa melanjutkan studinya ya melanjutkan
2. jangan sia-siakan kemampuanmu (pengamat burung itu langka "red:hanya di ITS kayaknya")
3. setelah ini ilmunya jangan lupa dimanfaatkan dan jangan sampai terhenti sampai disini saja (eman-eman)

"ya sudah sekian hasil sidang, dan tolong segera di beresi karena setelah ini mau ada sidang lagi" kata ketua sidang

aku : (PLONGA-PLONGO) "bu trus hasil sidang saya dinyatakan lulus atau tidak ini..??"

"lhoh, belum tau kesimpulannya to", kata salah satu dosen penguji

ketua sidang : "oiya, belum disebutkan ya. saya pikir sudah menangkap maksudnya. oke, hasil dari sidang ini tidak ada kata lulus/tidak lulus. akan tetapi mengulang dan tidak mengulang. Sehingga hasil dari sidang kali ini kamu tidak perlu mengulang"

wes gak atik kesuwen langsung sujud syukur karo salaman nang kabeh dosen penguji. sakjane pengen foto bareng tapi aku isin... :D

SIDANG TUGAS AKHIR

Oleh-oleh seko Pengajian "Part 2"

EDISI 2............
dadi manungso iku ojo TAKABUR "sombong" mundak awakmu bakal ciloko akibat perbuatan mu dewe, ibarat koyo KELAPA
sik jenenge KELAPA iku le njukuk DIUNTIR
bar kuwi DITIBAKKE
basan ditibakke DISLUMBAT nganggo linggis
nah trus le bukak kambil'e DITUTUK ben pecah
nek wes pecah, baru DICUKIL dijukuk kambil'e
bar kuwi trus DIPARUT
trus AMPAS'e kelapa dinggo gawe NGEPEL
trus di buang DIPAKAKke PITIK
wes jan.... apes tenan to..??
yo iku sik jenenge WONG TAKABUR nasib'e bakal koyo KELOPO...

Oleh-oleh seko Pengajian "Part 1"


MANUK (BURUNG) iku metu seko sarang'e kondisi' telih'e kosong (ngelih) trus balik nang sarang'e kondisine wareg (telih'e mondol2). sehingga nek manuk kuwi ora nggolek pangan yo bakal ra wareg

TEMONGGO (LABA-LABA) iku pangan'e pancen nang sarang'e justru nek mlaku2 malah ditotol pitikrejeki iku Allah sik ngatur, nek duduk pancen rejekine lah mbok arep jempalitan koyo ngopo'o kae yo ra bakal oleh.lha wong udu rejekine..!!

lhah trus nek nggolek pangan iku ibarat'e

TAWON, nggolek pangan sik paling apik, milih kembang sik akeh madune, sik manis-manisojo nggolek pangan koyo

LALER (LALAT) nggolek pangan sak oleh'2, sak nggon-nggon, trus paling seneng nggolek pangan sik reged, papan'e ugo reged, mulakno senengane nggowo penyakit

inti'ne pengajian : Allah sudah mengatur rejekinya untuk manusia. Dengan usaha tersebut, manusia akan mendapatkan porsinya sesuai dengan usaha yang dilakukan

Pit_ku ILANG

Kau yang ku dapatkan dari uang saku lebaran
kau yang selalu ku rawat setiap saat
Kau yang memberiku kemudahan dalam berjalan
Kau yang membuat biru hatiku saat melihatmu di tempat itu
Kau senantiasa mengajakku berkeliling di kota asing ini
kau ajak aku menikmati sumpeknya kota surabaya
Dengan pancalan kakiku
aku bisa salip kanan kiri,
ku terobos himpitan mobil-mobil mulus itu
Untungnya tak kau goreskan padanya

Ajakan mu untuk melatih kecepatan kakiku
Saat itu kau ku kayuh dengan cepat
dengan dikejar penjual donat yang "nggatheli"
sampai dia cape' mengejarku dan tak mendapatkan aku "perjalanan goblok"

Tumpangan terdahsyatku menuju berbagai tempat
Biarpun banyak yang sedikit mencibirmu akan hubungan kita yang terlalu jauh
Tapi tak aku perdulikan itu.
karena aku tahu, hanya kaulah yang mengerti tentang aku
Bolak-balik ke rumah BUDHE di perak setiap bulan sekali, gunung anyar waktu WBWR, Walikota Surabaya dan PGS beli sepatu bersama Wenda, Wonorejo waktu Outbond, Bolak-balik kos ke kampus dan Wonorejo waktu AWC (sebagai hari ini tadi, hari terakhir)

Pernah juga, bersamamu hendak tertabrak besi kotak beroda empat yang berjalan cepat
Ketika malam-malam,
aku merasa tak kuat berjalan bersamamu di malam itu
Sungguh itulah pengalamanku bersamamu
Tak bisa aku melupakanmu

kau yang membangunkan ku dipagi hari untuk aku siap menerjang teriknya matahari
Dengan mu aku berani mengobarkan semangat untuk hitam seperti coklat
Tak peduli sengatan sang raja siang itu

kini aku harus kehilangan dirimu
Sulit, memang sulit untuk dilupakan
Tapi tidak ada lagi harapan untuk aku bisa bersamamu.
Ikhlas aku
Semoga pemilikmu sekarang juga bisa menerimamu dan senantiasa memanjakanmu
Seperti halnya aku memanjakan mu jika kau rewel minta ke tukang pijit

Iyya, sudah tidak apa2lah. saya Ikhlaskan, semoga Allah memberikan rizky pengganti yang lebih baik. Amin

Jumat, 20 Desember 2013

Menikmati The Sunrise of Java Melalui Studi Wisata “Ecotourism” Banyuwangi

Mentari yang begitu mempesona, memperlihatkan keindahan suatu pulau melalui sebuah kabupaten yang terletak pada ujung Timur Pulau ini. The Sunrise of Java merupakan sebutan bagi sebuah Kabupaten yang terdapat di ujung Timur Pulau Jawa ini. Wilayah Kabupaten Banyuwangi beragam, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Berdasarkan kondisi bentang alam ini merupakan salah satu penyebab lokasi wisata yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi sangat beragam. Mulai dari ekosistem terumbu karang, mangrove, pantai, peninggalan sejarah, serta pegunungan yang saat ini sedang menjadi tren bagi kalangan pemuda.
            Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menempatkan beberapa kawasan umum, seperti terminal, stasiun, pelabuhan dan bandara pada letak yang strategis. Namun, sayangnya selama ini Banyuwangi hanya dijadikan sebagai jalur “lewat” wisatawan, baik yang hendak berlibur ke Bali ataupun sebaliknya. Kondisi ini sebenarnya dapat menjadi perhatian khusus bagi Dinas Pariwisata untuk lebih meningkatkan promosi wisata melalui pusat informasi pariwisata “tourist information center” pada tempat-tempat umum tersebut. Pusat informasi pariwisata ini sangat bermanfaat sekali untuk menarik perhatian wisatawan-wisatawan dari luar kota ataupun dari mancanegara. Meskipun pada beberapa tempat sudah ada, namun sepertinya masih kurang dimaksimalkan sehingga daya tarik pengunjung lokasi wisata di Banyuwangi masih terbilang minim dibandingkan kabupaten Situbondo maupun Jember.

Berdasarkan “Banyuwangi Tourist Map” yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini, dapat dicermati bahwa Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki potensi wisata berbasis lingkungan dan pendidikan. Adanya dua kawasan Taman Nasional, yaitu Alas Purwo dan Merubetiri sekaligus berbatasan langsung dengan Baluran merupakan salah satu kelebihan dari Kabupaten Banyuwangi dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Pulau Jawa. Hal ini didukung dengan kondisi alam secara global, bahwa dunia saat ini sedang membutuhkan generasi untuk mempertahankan kelestarian alam. Sehingga potensi wisata yang berbasis lingkungan sangat mendukung kondisi saat ini. Oleh karena itu, keberadaan Taman Nasional merupakan salah satu wisata yang sangat penting. Sehingga untuk mendukung masalah yang ada, maka perlu adanya nya peningkatan terhadap manajemen serta pemasaran Taman Nasional dalam tingkat global. Sehingga dapat menarik wisatawan lokal pada khususnya, dan wisatawan mancanegara pada umumnya.

Gambar 1. Banyuwangi Tourist Map (sumber : www.viptourbali.com)

Selain Taman Nasional, Kabupaten Banyuwangi juga memiliki pantai-pantai yang indah karena hampir dua per tiga dari seluruh kawasan berbatasan langsung dengan laut. Salah satu contohnya adalah Pantai Plengkung, dengan ombaknya yang besar di bibir pantai selatan mampu menyeluncurkan papan seluncur. Terutama untuk pantai yang termasuk dalam lingkup pengelolaan Taman Nasional menjadi incaran wisatawan yang sudah mengenal lokasi ini. Ekosistem terumbu karang, padang lamun serta hutan mangrove merupakan kekayaan yang tak dapat diciptakan dalam waktu yang cepat. Sedangkan untuk masyarakat yang lainnya masih kurang peduli terhadap potensi yang ada.
Terobosan yang dapat disarankan dalam mempromosikan kedua Taman Nasional yang terdapat di banyuwangi ini adalah menggali potensi bawah lautnya. Keindahan bawah laut selama ini masih menjadi tren bagi wisatawan mancanegara, dan mayoritas wisatawan mancanegara lebih memilih Pulau Bali sebagai tujuan utamanya untuk diving dan snorkling. Selain itu, sebagai bonus keindahan pantainya adalah mempromosikan keindahan “The sunrise of Java” yang dapat dinikmati langsung dari bibir pantai bagian timur Pulau Jawa. Matahari yang terbit pertama kali untuk Pulau Jawa.
Gunung-gunung serta pegunungan yang berderet dari utara ke selatan juga merupakan wisata alam yang dapat menunjukkan “the Sunrise of Java”. Ijen merupakan salah satu kawah hidup dengan puncak tertinggi yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi. Keindahan dan panorama alam yang disajikan memberikan keindahan Pulau Jawa. Dari puncak gunung inilah, para wisatawan juga dapat menikmati matahari terbit pertama kali untuk menyinari Pulau Jawa. Sebuah kepuasan tersendiri, jika dapat menikmati kondisi semacam ini. Selain itu, dengan mendaki gunung di Banyuwangi juga dapat menunjukkan penampakan kontur Pulau Jawa. Adanya gunung-gunung, pegunungan, desa, kota, pantai dan laut menyatu sebagai miniatur dari Pulau Jawa.
 Upaya memaksimalkan pusat informasi pariwisata setidaknya mampu menghadang wisatawan yang hanya sekedar ingin menyeberang ke Pulau Bali atau hanya sekedar “lewat” untuk mencoba studi wisata di Banyuwangi, khususnya ecotourism. Keindahan alam Kabupaten banyuwangi sangat lengkap mulai dari wisata bawah air “underwater” hingga menikmati keindahan “the Sunrise of Java” baik melalui jalur pantai maupun mendaki gunung. Potensi keindahan alam di Banyuwangi yang sangat lengkap ini dapat mewakili pemandangan alam yang terdapat di Jawa. Sehingga melewatkan wisata Banyuwangi merupakan salah satu kerugian besar. Mari mulai meningkatkan wisata di tanah air Indonesia sebagai wujud kecintaan kita terhadap wisata lokal, khususnya meningkatkan kualitas pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Rabu, 18 Desember 2013

Happy Bird Day for World Migratory Bird Day

Peringatan Hari Migrasi Burung sedunia (World Migratory Bird Day) diadakan setiap setahun sekali di seluruh dunia, diadakan sekitar pertengahan bulan Mei. Tahun lalu, KSBL Pecuk bekerja sama dengan para komunitas pengamat burung di Surabaya (Peksia Himbio Unair dan KMPV Kirik-Kirik FKH Unair) mengadakan pameran foto dan sosialisasi pengamatan burung di Wonorejo. Akan tetapi, pada peringatan kali ini pengamat burung Surabaya mengadakan kegiatan di dua lokasi yang berbeda, pada tanggal 11 Mei 2013, Peksia Himbio Unair, Srigunting Unesa dan KMPV Kirik-kirik FKH Unair mengadakan pameran foto di Kebun Binatang Surabaya, sedangkan KSBL Pecuk Biologi ITS mengadakan sosialisasi pengamatan burung bagi anak-anak Ujung Pangkah pada tanggal 12 Mei 2013.
Ujung Pangkah merupakan salah satu jalur migrasi bagi burung. Pada setiap musim migran, mungkin akan terlihat ribuan burung pengembara yang melintas bahkan akan singgah di tempat ini. Di daerah mudflat yang terdapat di muara sungai Bengawan Solo menjadi lokasi mencari makan bagi burung-burung pengembara ini. Mengingat bahwa Ujung Pangkah merupakan kawasan IBA (Important Bird Area) maka KSBL Pecuk mengembangkan jejaring untuk meningkatkan kepedulian masyarakat Pangkah Wetan untuk peduli terhadap kelestarian burung dan habitatnya.
Foto Bersama WMBD 2013
Kegiatan WMBD di Ujung Pangkah terselenggara atas kerjasama masyarakat desa Pangkah Wetan dan KSBL Pecuk. Sasaran dalam kegiatan ini adalah anak-anak TK beserta guru pendamping  yang terdapat di Desa Pangkah Wetan. Sosialisasi mengenai burung diikuti oleh anak-anak dari TKM NU Muniroh 1, TKM NU Muniroh 2, TKM NU Muniroh 3, dan TK ABA Pangkah Wetan, serta guru pendamping (bahkan banyak orang tua yang ikut hadir dalam acara tersebut).
pengamatan burung
Secara keseluruhan, kegiatan yang dilakukan di Ujung Pangkah ini berupa sosialisasi tentang burung, pameran foto, pengamatan burung bagi anak-anak TK di Desa Pangkah Wetan serta lomba mewarnai burung. Pengenalan terhadap jenis-jenis burung dengan menggunakan alat bantu pengamatan (binokuler, monokuler dan field guide) merupakan metode dasar untuk menarik perhatian bagi anak-anak. Meskipun panasnya terik matahari cukup menggelapkan kulit, tetapi semangat anak-anak TK Ujung Pangkah ini sangat luar biasa.
Antusias dan keberhasilan dari pengenalan burung dapat dilihat dari kuis yang diberikan. Pertanyaan seputar burung yang ditemukan pada waktu pengamatan, burung yang paling sering ditemui, dan lain sebagainya. Untuk para peserta yang berhasil menjawab diberi doorprise. Akan tetapi, karena semua anak kecil biasanya suka diberi hadiah, maka panitia pun sudah menyiapkan doorprise khusus bagi semua anak.
proses mewarnai
Untuk memvisualisasikan keindahan burung di alam, maka kegiatan ini ditambahkan dengan lomba mewarnai untuk anak-anak TK. Dari semua hasil, hanya ada 2 anak yang mewarnai burung kutilang yang hampir sesuai warna aslinya, dan hanya ada 1 anak yang sesuai mewarnai burung gereja sesuai warna aslinya. Kerapian, kombinasi warna dan kreatifitas menjadi diutamakan dalam lomba mewarnai ini. Sehingga diperoleh 3 juara, dan 5 juara harapan dari hasil lomba mewarnai ini (semoga hadiah yang diberikan dapat bermanfaat bagi generasi penerus bangsa). Di akhir acara, ditutup dengan foto bersama antara panitia dan anak-anak Ujung Pangkah :)
Sebenarnya tidak ada yang istimewa dalam kegiatan ini, tetapi ada satu hal yang sangat luar biasa di suatu saat nanti. Sebuah harapan besar kami terhadap anak-anak Ujung Pangkah, agar nantinya mereka dapat menjadi generasi penerus yang peduli terhadap kelestarian burung dan habitatnya, terutama di lingkungan sekitar mereka.
Hasil Mewarnai Anak TK Ujung PAngkah
Hasil Mewarnai Anak TK Ujung PAngkah

Ratusan Burung di Petak Gajahan

Sabtu Pagi yang cerah, 15 Juni 2012, matahari mulai menampakkan diri dan diteruskan ke dalam cendela kamar kos. Sebelum berangkat, bangun dulu dari tempat tidur “ngolet”, kemudian cuci muka dan ganti baju, siap-siap untuk berangkat ke jurusan. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, padahal sudah janjian pukul 06.00 WIB. Akan tetapi waktu Indonesia tetap saja di buat “molor”, sekalian menunggu teman-teman hingga  pukul 07.00 WIB. Setelah menunggu setengah jam, hanya terkumpul beberapa orang yaitu Erna, Anien, Aris, Citra, Sita, Wim, dan terakhir Albi. Ketujuh orang ini pergi ke Wonorejo dengan membawa peralatan, yaitu binokular Nikon, buku panduan SKJB, Buku catatan lapangan/buku sketsa, alat tulis dan kamera Nikon 200 mm.
Pengamatan awalnya hanya akan dilakukan di tambak depan Wonorejo, di dekat warungnya Bu Rum. Akan tetapi karena kondisi tambak pasang dan warung Bu Rum belum buka, sehingga kami masuk ke dalam wonorejo dengan menggunakan sepeda motor dan mencari tambak yang representatif untuk dilakukan pengamatan. Biasanya titik pengamatan yang representatif adalah daerah petak gajahan dan titihan. Sepanjang jalan menuju lokasi, sepertinya terlihat sedikit perubahan dengan kondisi tambak Wonorejo, yaitu lebih terlihat gersang. Tampaknya kondisi ini terjadi akibat ranting-ranting Avicennia marina yang terdapat di sekitar tambak di potongi oleh pemilik tambak dan di buat “rencek” atau kayu bakar. Selain itu, empat tambak Wonorejo sebelum Petak Gajahan juga di kosongi, sepertinya selesai panen ikan. Sehingga terlihat surut dan terlihat substrat beserta alga yang membentuk hamparan seperti padang rumput di tambak.
Ketika sedang pengamatan seperti ini, jadi ingat suatu pesan dari Bapak Yus Rusila Noor, “coba sekali-kali pengamat burung itu mengamati betul apa yang dilakukan oleh seekor atau satu spesies burung, tidak hanya mencatat jenisnya saja.” Nasehat dan pesan ini seakan-akan terus menhantui untuk dijalankan, karena jika diterapkan di Wonorejo bisa menjadi mungkin dan tidak mungkin. Kemungkinan dilakukan pengamatan satu spesies adalah ketika sedang melakukan Tugas akhir atau thesis. Dan menjadi tidak mungkin sekali jika yang melakukan adalah pengamat muda dan masih baru. Karena dalam tradisi di KSBL Pecuk, pengamat muda adalah belajar mengenal burung dan membedakan burung melalui sketsa. Tapi pengamatan seperti ini, sangat mungkin terjadi jika benar-benar ada kemauan untuk melakukannya. Oleh karena itu, pada waktu pengamatan di Wonorejo, kami berusaha untuk melihat dan menghitung jumlah burung yang kami temui serta hanya sekilas mengamati perilakunya karena jumlahnya sangat banyak dan kemampuan pengamat tidak sama.
Akhirnya sampai juga di Petak Titihan dan Gajahan, dari kejauhan burung-burung ini terlihat warna putih dan coklat, sama sekali tidak menarik jika dibandingkan dengan burung-burung yang ada di gunung. Meskipun demikian, burung air tetap menarik diamati dengan jumlah yang sangat banyak. Pengamatan pertama tertuju di Petak Titihan dengan melihat 13 ekor Titihan Australia atau Australasian Grebe (Tachybaptus novaehollandiae) berenang bersama-sama di tengah tambak. Di sekitarnya, terdapat 69 Blekok sawah atau Javan Pond Heron (Ardeola speciosa) dengan berbagai macam aktifitas, seperti berjemur, mencari makan, berebut makan, bermain dan bahkan hanya berdiam diri seperti patung. Blekok  sawah ini ada yang sedang breeding dan ada yang non breeding dengan garis-garis yang terdapat di leher. Aktifitas Blekok sawah tidak berbeda jauh dengan Kuntul atau Egret, Dara laut, dan Gajahan yang jumlahnya begitu banyak. Perbedaannya, jika Blekok hanya ada 1 spesies di Wonorejo dan mudah di bedakan, sedangkan burung yang disebutkan tadi terdiri dari spesies yang berbeda dan harus diamati satu-persatu (seperti pak lek Robin “ mas Bule” dari Skotlandia, yang selalu mengamati dan menghitung burung satu-persatu setiap spesiesnya “nggak ngawur”).
Berdasarkan hasil pengamatan, berikut ini merupakan list yang kami dapatkan
Berbagai jenis burung tersebut melakukan aktifitas yang berbeda-beda. Dara laut yang diamati banyak yang baru saja datang dengan membawa ikan ataupun udang. Sampai di tambak, Dara laut tersebut saling berebut makanan dengan individu yang lain. Manuver yang dilakukan oleh dara laut sangat lincah terlihat sangat menarik perhatian para pengamat. Selain itu, ada pula dara laut yang hanya bermalas-malasan di tambak, seperti berjemur atau meringkuk di sedimen. Dara laut sangat menarik sekali untuk diamati, akan tetapi jenis ini terkadang membingungkan pengamat dalam hal identifikasinya, yaitu ketika bulunya masih dalam fase non-breeding.
Setelah puas pengamatan di petak gajahan, kami melanjutkan ke petak-petak yang lain. Akan tetapi karena petak-petak yang di lewati, tidak terdapat burung sama sekali. Maka kami kembali dan mampir ke warung Bu Rum untuk bersilaturrahim. Seperti biasa, dalam silaturrahim ini kegiatan yang tidak sopan dilakukan adalah pesan menu favorit yaitu es teh, tahu goreng dan petis. Setelah merasa cukup dan kenyang, kami berpamitan dan kembali ke kampus, salam kami kepada beliau, “Suwun Bu Rum, balik rumiyen…”

Status Kakatua-kecil Jambul-kuning (Cacatua sulphurea) di Bentang Alam Mbeliling bagian Barat, Flores

Kakatua-Kecil Jambul-Kuning (Cacatua sulphurea) merupakan salah satu jenis burung yang termasuk dalam famili Psittacidae, yaitu kelompok burung paruh bengkok yang keras dengan posisi kaki dua jari menghadap ke belakang. Sarang dibuat di lubang pohon. Secara morfologi, burung ini memiliki ukuran sedikit lebih besar daripada tekukur. Warna bulu putih bersih, dengan jambul dan pipi berwarna kuning. Burung ini memiliki empat sub spesies yang tersebar, yaitu C.s.abbotti di Kepulauan Masalembo, C.s. parvula di Nusa Tenggara, mulai dari Bali hingga Timor bagian barat (kecuali Sumba), C.s. citrinocristata di Sumba danC.s.sulphurea di Sulawesi (White dan Bruce, 1986, Coates dan Bishop, 1997 dalam Setiawan, 2000).
Berdasarkan status keterancaman redlist IUCN 2007, Kakatua-Kecil Jambul-Kuning (Cacatua sulphurea) termasuk dalam kategori CR (Critical Endangered) yaitu sangat terancam punah. Selain itu, status peraturan perdagangan internasional menurut CITES termasuk dalam kategori Appendix I (semua jenis yang terancam punah dan memberi dampak dampak apabila diperdagangkan. Perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah). Sehingga, sebagai dasar hukum bagi burung ini, pemerintah membuat status perlindungan dalam Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (Sukmantoro dkk, 2007).
Selama kurun waktu 10 – 15 tahun, spesies ini mengalami ancaman yang besar di alam akibat penangkapan yang berlebihan untuk diperdagangkan dan degradasi habitat. Habitat yang masih sesuai dengan kebutuhan Kakatua-Kecil Jambul-Kuning (Cacatua sulphurea) adalah daerah peralihan, seperti di Nusa Tenggara Timor dan Sulawesi (Agista, 2001). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Imansyah, dkk tahun 2005 di Pulau Komodo, diperoleh bahwa 100 ekor di Rinca dan 500 ekor di P. Komodo. Angka ini dianggap nyaman untuk jumlah populasi burung di P. Komodo, tapi yang harus diperhatikan adalah bagaimana kelanjutan dalam konservasi terhadap spesies ini. Selain Taman Nasional Komodo, masih ada lagi beberapa tempat lain yang menginformasikan keberadaan Kakatua ini. Diantaranya adalah di Flores : 14, Komodo : 85 – 90, Sumbawa : 14, Moyo : 10, Lembata/Larantuka : 38, Nusa Penida : 6, Alor : 80, Pantar : 29, dan Timor : 18 (Widodo, 2009).
Lokasi lain yang memiliki potensi besar tentang keberadaan Kakatua-Kecil Jambul-Kuning (Cacatua sulphurea) adalah bentang alam Mbeliling Flores. Oleh karena itu, perlu adanya studi lanjut mengenai Kakatua-Kecil Jambul-Kuning (Cacatua sulphurea) secara berkelanjutan untuk terus melestarikan dan mempertahankan habitatnya. Meskipun kawasan Wallacea merupakan daerah yang masih memiliki habitat yang mendukung keberadaan burung ini, akan tetapi perlu ada tindak lanjut terkait dengan kondisi yang terjadi seperti sekarang ini, seperti perdagangan, penangkapan, perburuan dan perusakan habitat.
Begitu sampai di Flores, saya bertemu dengan Laura, salah satu staf Burung Indonesia yang berasal dari Australia dan sudah 3 tahun bekerja di Mbeliling. Laura sudah sangat pandai memakai bahasa Indonesia, jadi ketika ngobrol dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Menurut penuturannya, Kakatua di Australia sangat banyak, bahkan sangat dekat dengan manusia. Ketika kondisi yang terjadi di Australia diterapkan di Indonesia, sepertinya penangkapan terhadap Kakatua akan terus terjadi. Karena meskipun sudah diterapkan peraturan terhadap perlindungan, namun perdagangan pun masih terus terjadi terhada burung-burung yang dilindungi.
Gambar 1. Kakatua-kecil Jambul-kuning
Penelitian Cacatua sulphurea di Flores didanai oleh Burung Indonesia, Birdlife Denmark (DOF) dengan The Royal Danish Ministry of Foreign Affairs (DANIDA). Penelitian Kakatua ini dilakukan oleh Feri Irawan (Burung Indonesia), Faisal Abdul Aziz (mahasiswa IPB), dan Nur Sita Hamzati (Mahasiswa ITS). Penelitian dilakukan selama 14 hari di Desa Golomori dan 3 hari di Desa Warloka. Munculnya lokasi penelitian ini berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya serta informasi dari masyarakat yang pernah melihat Kakatua. Golomori dan Warloka merupakan lokasi yang terletak di daerah bagian barat dari Pulau Flores dan berdekatan dengan Pulau Rinca.
Penelitian ini menjadi bukti kedua bahwa Kakatua-kecil Jambul-kuning di Flores merupakan Kakatua yang berasal dari Pulau Rinca, penelitian sebelumnya dilakukan oleh Agista, dkk. Kakatua ini datang ke Flores sekitar pukul 06.35, dan kembali ke pulau Rinca sekitar pukul 17.35. Pengamatan yang dilakukan pertama kali, diperoleh jumlah Kakatua yang datang hanya dari dua pintu masuk yaitu Kampung Lenteng dan Lajar hanya ada 7 individu untuk grup pertama dan 5 individu untuk grup kedua. Jumlah yang ditemukan ini sangat sedikit sekali sebenarnya. Akan tetapi, penelitian ini masih bisa dikatakan beruntung karena hari pertama penelitian masih bisa bertemu Kakatua di Flores. Karena beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa 17 hari tidak menemukan, 20 hari tidak ditemukan, 15 hari tidak ditemukan, dan lain-lain.

Gambar 2. Secuil mangrove untuk Kakatua
Ketika Kakatua datang dari pulau Rinca, pijakan pertama adalah mangrove yang terdapat di Kampung Lenteng. Sonneratia alba yang merupakan jenis pohon mangrove tertinggi yang menjadi tempat bertengger favorit. Tinggi pohon mangrove ini sekitar 12-13 meter, bagian cabang-cabang yang berukuran agak besar. Di pohon tersebut juga terlihat seperti ada lubang sarang mati. Akan tetapi pada saat pengamatan tidak terdapat ditemukan Kakatua yang sedang masuk ke dalam sarang. Tetapi menurut informasi dari masyarakat, Kakatua menggunakan pohon Bangkau (Sonneratia alba) sebagai tempat bersaranya. Bahkan ketika pohon tersebut sedang berbuah, sering turun dan memakan buah tersebut.
            Penelitian ini tidak hanya dilakukan di Kampung Lenteng saja, akan tetapi dilanjutkan di Kampung lain, yaitu Nggoer, Tao, Lajar, Raong sambil melakukan wawancara kepada warga. Selanjutnya, lokasi penelitian dilakukan di Lajar, dimana lokasi ini terdapat di tepi pantai. Informasi tersebut menyatakan bahwa di Lajar merupakan daerah yang sering dijumpai Kakatua, karena dulunya disana merupakan bekas kebun. Banyak tersedia pohon pakan, bahkan juga berpotensi sebagai pohon sarang. Berbagai macam literatur dari hasil penelitian menyebutkan bahwa, pohon pakan Kakatua adalah Buah Kapuk, Bunga Kelapa, Asem, Kole, Jagung, buah Mangrove, dan lain-lain. Karena penelitian dilakukan pada bulan Juli dan pada waktu musim kemarau, sehingga meemungkinkan bahwa ketersediaan pakan yang terdapat di Flores menjadi terbatas.
Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa burung ini ditemukan sedang makan jenis buah-buahan yang persebaran bijinya dibantu oleh angin (anemokori). Jenis buah yang dimakan di Flores salah satunya adalah “Kole” atau Calotropis gigantea. Jika dilihat dari persediaan dan persebaran tumbuhan ini, maka ketersediaan pakan bagi Kakatua akan menjadi sangat terbatas di Flores. Karena jumlah Kakatua yang ditemukan terakhir terhitung sekitar 80 ekor. Maka perlu adanya rekomendasi, untuk menjaga kelestarian habitat terhadap pohon pakan dan pohon sarang Kakatua.
Setelah diketahui bahwa Kakatua tersebut masuk ke dalam kampung, maka dari daerah pesisir para peneliti berpindah ke arah kampung. Para peneliti tersebut melakukan wawancara kembali kepada masyarakat. Kebanyakan dari masyarakat mengatakan sering bertemu dengan Kakatua. Akhirnya setelah ditelusuri jejaknya dari atas bukit, terlihat bahwa Kakatua tersebut bergerak dengan mengikuti alur sungai. Lokasi yang dijadikan tempat berkumpul adalah pertengahan antara Kampung Ra’ong, Tao dan Nggoer. Lokasi ini merupakan lokasi dimana terdapat sungai dan pohon besar. Ketika sampai di tempat ini, Kakatua selalu hinggap pada pohon yang tertinggi, salah satunya adalah pohon Kapuk (Ceiba petandra) yang memiliki tinggi antara 13-15 meter.  Dan ketika Kakatua sudah bertengger antara 10-15 menit, maka satu persatu atau ada  yang secara bergerombol turun ke bawah tajuk. Karena sulitnya pengamatan dari atas bukit, maka diputuskan untuk mendekati lokasi tempat berkumpulnya  Kakatua.

Gambar 3. Ngalamun Nunggu Kakatua
Selanjutnya peneliti menghampiri lokasi dimana Kakatua turun ke bawah tajuk dan mengamatinya. Setelah diamati dan dicari, maka ditemukan kembali bahwa makanan yang dimakan Kakatua adalah buah “Kole” (Calotropis gigantea) lagi. Selain makan, Kakatua menghabiskan waktu siangnya untuk beristirahat dibawah tajuk. Belum dapat diketahui, apakah sungai besar tersebut merupakan sumber air utama untuk minum Kakatua, karena selama penelitian belum diperoleh bukti bahwa Kakatua tersebut minum di sumber air tersebut. Setelah hari sudah menjelang sore, Kakatua kembali bertengger diatas pohon tertinggi. Ketika semua sudah berkumpul diatas, maka mereka secara bergerombol kembali ke Pulau Rinca.
Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang timbul dan belum terjawab secara keseluruhan. Sehingga dengan adanya informasi singkat ini dapat memberikan gambaran kepada para peneliti selanjutnya untuk mencari tau bagaimana ketersediaan pohon pakan di Pulau Rinca. Karena sampai saat ini juga belum dapat diketahui, mengapa si “Keka” atau Cacatua sulphurea ini terbang jauh-jauh dari Pulau Rinca ke Flores?  Apakah hanya untuk makan saja…??
Selanjutnya silahkan buka pikiran anda untuk mempelajari burung Cantik nan Lucu ini…
PIKIRKAN..!!!

Proklamasi Kebebasan Burung Di Hari Kemerdekaan RI..!!!

Pagi yang indah, tanggal 17 Agustus 2013 di ITS Surabaya.
DSCN9622
Gambar 1. Sang Pusaka Berkibar di Angkasa
Sepanjang jalan menuju kampus ini terlihat sepi, relatif sangat lengah dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Setiap jamnya mungkin tidak lebih dari 10 kendaraan bermotor yang melewati jalan ini. Maklum, hari itu adalah tanggal merah dan merupakan waktu yang bersejarah bagi INDONESIA dalam menunggu detik-detik proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kegiatan akademik kampus libur, kecuali untuk mahasiswa baru yang sedang mengikuti kegiatan training kepribadian di Graha. Sedangkan sebagian kecil mahasiswa tingkat akhir yang akan wisuda (termasuk saya)  masih disibukkan dengan aktifitas tes TOEFL di belakang Graha, yaitu di UPT Bahasa. Sedangkan karyawan dan dosen mengikuti upacara 17 Agustus yang terpusat di depan Perpustakaan ITS. Semua kegiatan yang berlangsung pada tanggal 17 Agustus terpusat di ketiga tempat tersebut.
Sudah diputuskan sebelumnya, bahwa setelah tes TOEFL saya akan melakukan pengamatan di kampus. Dengan membawa peralatan sederhana, yaitu kamera dan alat tulis, saya memulai dengan menjelajah setiap area hijau, menyusuri lorong-lorong bangunan, dan mengunjungi terakhir mengunjungi hutan kampus.
Pengamatan diawali pada pukul 07.30 dari pintu portal asrama menuju area kampus.
Gambar 2. Burung Cucak Kutilang
Gambar 2. Burung Cucak Kutilang
Suara burung Kutilang yang begitu merdu dan sangat ramai menyambut semangat pagi.
Daun-daun berguguran dengan cuaca yang begitu cerah membuat suasana menjadi romantis.
Teriring angin sepoi-sepoi pada bagian lorong-lorong bangunan.
Satu persatu, burung-burung menampakkan dirinya.
Tidak sekedar menunjukkan tubuhnya yang molek tapi juga suaranya yang begitu merdu.
WOW… Hari Kemerdekaan RI adalah Proklamasi Kebebasan Burung.
Pycnonotus aurigasterPycnonotus goiavierStretopelia chinensisGeopelia striataAegithina tiphiaCorvus macrorhynchosNectarinia jugularisTodirhampus chlorisCollocalia linchiHirundo tahiticaEgretta garzetta, Gerygone sulphurea, Passer montanus, Centropus sp., Lonchura punctulata, Lonchura maja, Lonchura leucogastroides, Prinia inornata, Pericrocotus cinnamomeus
Meskipun berdasarkan hasil pengamatan, jenis-jenis burung yang dijumpai termasuk burung yang umum dan tidak memiliki status keterancaman. Akan tetapi, KEBEBASAN pada hari libur nasional ini menjadikan jenis-jenis burung tertentu lebih sering terlihat dijumpai beraktifitas diatas permukaan tanah dibandingkan bertengger di ranting-ranting pohon, misalnya adalah burung Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster).
Pada saat aktifitas manusia di kampus sedang sibuk-sibuknya dengan kendaraan yang wira-wiri, burung Cucak Kutilang lebih sering teramati beraktifitas di bagian tajuk. Namun, ketika kondisi sedang sepi, burung ini sering beraktifitas di atas permukaan tanah bahkan lantai-lantai bangunan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kondisi kampus yang sangat sepi dari aktifitas manusia karena berkaitan dengan libur semester dan kebetulan bersamaan dengan libur lebaran. Sedikitnya aktifitas manusia diduga menjadi penyebab kebebasan burung dalam beraktifitas.

“LEA” Tangisan Bayi Dari Pulau Flores

         Lea merupakan sebutan masyarakat lokal di pulau Flores pada seekor burung berwarna hitam, berparuh tebal dan bersuara pendek, keras dan serak seperti suara bayi menangis “lea..lea..lea…”. Mungkin atas dasar suaranya seperti itu, sehingga masyarakat lokal Flores menyebutnya Lea. Padahal nama ilmiah dari burung ini adalah Corvus florensis atau Gagak Flores (anggota famili Corvidae). Secara umum burung ini mirip dengan Ka (sebutan masyarakat lokal Flores dari jenis Corvus macrorhynchos), hanya ukurannya yang lebih kecil (40 cm) dibandingkan dengan Ka.
Gambar 1. Sketsa Lea (Corvus florensis)
          Lea merupakan salah satu jenis burung endemik yang hanya di temukan di dataran rendah Pulau Flores bagian barat (Birdlife International, 2001) dan Pulau Rinca (Trainor in litt, 2007 dalam IUCN redlist, 2013). Berdasarkan persebarannya menurut Birdlife International (2001), Lea dapat dijumpai di hutan basah yang rusak dan semi luruh daun yang ketinggiannya tidak lebih dari 950 meter di atas permukaan laut. Selain itu, berdasarkan laporan dari Trainor (2000) burung ini dapat ditemukan di dalam hutan, pinggiran hutan serta sering ditemukan diluar hutan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Burung Indonesia beserta dua mahasiswa pada bulan Juli hingga Agustus 2012 lalu, Lea ditemukan di Desa Golomori dan Warloka hal ini berarti menunjukkan bahwa persebarannya hingga saat ini masih terdapat Flores bagian barat.
Persebaran Flores
Gambar 2. Persebaran Lea di Flores (Rudyanto, 2001)
         Setiap kali perjumpaan, burung ini hanya berjumlah satu individu dengan perjumpaan yang relatif jarang. Bahkan kadang hanya terdengar suaranya yang seperti tangisan bayi, “lea…lea..”. Burung ini merupakan burung terestrial yang beraktifitas di bagian kanopi dan subkanopi. Di Flores   bagian barat, burung ini dijumpai di kaki bukit savana, hutan hujan bahkan  di sekitar permukiman penduduk. Masyarakat di Golomori dan Warloka, juga banyak yang mengenal dan mengetahui burung ini. Berdasarkan informasi dari Kutilang Indonesia (2012), musim berbiak terjadi dari bulan September sampai Januari. Sarang terbentuk dari jalinan ranting yang diletakkan pada pohon dengan ketinggian sarang sampai 12 m dari permukaan tanah. Jumlah telur 2-3 butir.
          Pulau-Pulau di Nusa Tenggara, seperti Flores memiliki hutan yang sedikit, dan cenderung didominasi oleh savana yang berbukit-bukit. Hutan luruh daun biasanya hanya terdapat di kaki savana dengan kondisi yang terancam rusak. Rusaknya hutan disebabkan oleh penggundulan hutan dan peningkatan lahan untuk pertanian (Birdlife International, 2001). Meskipun, Lea cukup toleran terhadap degradasi hutan sebagai tempat untuk beraktifitas. Namun secara tidak langsung Lea membutuhkan habitat untuk meletakkan sarang-sarangnya pada pohon-pohon yang besar. Jika semakin lama, pohon-pohon yang berpotensi sebagai sarang bagi Lea ditebang, maka secara otomatis Lea akan kehilangan habitat sebagai tempat bersarang. Dan secara otomatis, jumlah populasi Lea pun akan semakin menurun.
         Mulai tahun 1994 hingga 1996, Lea dikategorikan sebagai jenis yang status keterancamannya Vulnarable (rentan) menurut IUCN. Kemudian, pada tahun 2000, terjadi penurunan populasi Lea sehingga status keterancamannya naik menjadi Endangered (terancam) hingga saat ini. Faktor penurunan populasi Lea disebabkan oleh degradasi habitat akibat penggundulan hutan dan peningkatan lahan untuk pertanian (Birdlife International, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
BirdLife International (2001) Threatened birds of Asia: the BirdLife International Red Data Book. Cambridge, UK: BirdLife International
BirdLife International 2012. Corvus florensis. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. <www.iucnredlist.org>. (19 June 2013)
Kutilang Indonesia. 2012. Gagak Floreshttp://www.kutilang.or.id (19 Juni 2013)
Trainor, C., Prayitno, W., Lesmana, D., Gatur, A. 2000. Mencari Masa Depan. PKA/Birdlife Indonesia Programme/WWF Indonesia. Jakarta/Bogor

Rabu, 11 Desember 2013

Menggali Memori Yang Tersisa "PART 1"

Entahlah, kali ini saya benar-benar tidak mengerti kenapa malam ini saya harus berpikir mengenai "menggali memori yang tersisa". Mungkin beberapa alasan bisa saya sampaikan, diantaranya manusia akan mengalami kematian. Tapi saya tidak tahu, kapan kematian itu akan datang, bisa jadi setelah saya selesai menulis, bisa jadi besok pagi, bisa jadi sebulan lagi, atau setahun lagi, atau pada waktu Hari Kiamat...??? Entahlah, saya pusing memikirkan kapan saya akan mati, karena semua itu rahasia Ilahi. Yang jelas, saya harus berusaha meningkatkan iman saya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan tentu saja saya masih percaya terhadap Qodho dan Qodar Allah SWT.

Alasan kedua, kenapa saya tetap menuliskan tentang "Menggali Memori Yang Tersisa"..?? Karena saya tahu bahwa otak manusia itu tidaklah selamanya akan baik-baik saja. Pada kondisi yang normal, otak manusia itu berkembang dari bayi, menuju masa remaja, dewasa, hingga tua. Pada waktu janin berumur sekitar 6 bulan kehamilan, volume otaknya mungkin hanya sebesar kepalan tangan ibunya. Kemudian pada waktu dua tahun bisa jadi dua kali kepalan tangan ibunya, dan saat dewasa bisa jadi volume otaknya hampir 2/3 dari tempurung kepalanya. Hmmm... sayangnya, dalam hal ini saya tidak terlalu membahas mengenai volume otak. Akan tetapi perkembangan memori otak manusia itu akan terjadi dari bayi hingga tua atau menjelang kematian.

Perkembangan otak manusia akan terjadi seiring dengan pertumbuhan. Selama manusia mengalami pertumbuhan, maka seluruh organ tubuh pun akan berfungsi secara maksimal sesuai dengan yang ditakdirkan oleh Tuhan. Pada otak bayi hingga umur 1 hari hingga sekitar umur 2 tahun merupakan tahap memperhatikan, menirukan, dan mempelajari. Setelah 2 tahun hingga 5 tahun adalah waktunya anak-anak yang menyukai hal-hal yang penuh warna dan terlihat baik (ya seperti manusia yang polos dan tak berdosa). Kemudian pada umur 6-12 tahun disitulah seorang anak mulai dapat mengelola otaknya secara maksimal sesuai dengan kondisi lingkungan, melihat contoh, menirukan dan mempraktekkan. Kemudian pada otak remaja sekitar umur 12-25 tahun adalah waktunya menemukan jati diri, kepribadian, mengikuti kehendak dan menentukan pilihan. Umur 26 hingga umur 50 tahun adalah masa dewasa dimana pemikirannya adalah berdasarkan banyak pertimbangan dan masa perbaikan, Sedangkan umur 50+ adalah waktu dimasa kembali seperti layaknya manusia yang baru. Baru dalam menata kehidupannya dan mempersiapkan kematiannya kelak. Ya, rata-rata manusia menganggapnya alur kehidupan akan terjadi seperti itu.

Tapi sayang, perkiraan manusia seringkali meleset jauh bahkan berkebalikan. Bisa jadi seorang remaja  laki-laki berumur 12 tahun mati karena kecelakaan motor akibat menabrak bak truk di sebuah jalan raya bersama temannya. Kemudian, bisa jadi seorang lelaki yang masih gagah dan terlihat sehat, kemudian tiba-tiba melemah pada usianya yang ke 54 tahun sehingga meninggal karena diabetes. Atau bahkan seperti seorang gadis yang umurnya belum sampai 22 tahun harus meninggal dunia karena kanker darah..?? Ataukah menghabiskan usianya sehingga meninggal pada usia tua sekitar 80 atau 90 tahun. Keempat kasus tersebut mungkin saja salah satunya akan terjadi kepada kita. Sehingga ketika menjalankan kehidupan, tak perlu menunggu masa tua. karena masa tua saat ini sudah menjadi PHP (Pemberi Harapan Palsu). Dan Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatunya, termasuk umur kita. Sehingga, untuk mendekatkan diri kepada-Nya tidak perlu menunggu masa-masa tertentu

Alasan ketiga, Saya hanya mau menceritakan betapa sia-sianya waktu yang saya gunakan selama ini. Sekarang ini umur saya telah sampai 22 tahun 2 bulan 16 hari. Sungguh karunia Allah SWT yang memberikan kesehata yang luar biasa hingga saat ini. Namun, disisi lain, saya menangis. Menangisi nasib saya yang penuh dengan kerugian, padahal Allah sudah sangat sayang sekali kepada saya. Al Qur'an yang diturunkan secara berangsur-angsur terjadi selama kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari kepada Nabi Muhammad dan menjadi pedoman hidup manusia. Dan bisa dibandingkan, betapa mirisnya diumur tersebut saya tidak hafal satu juz pun.... Astaghfirullahal 'adzim...

QS, Al 'Ashr ayat 1-3
Tuhan... inikah ilham yang Kau turunkan pada malam hari ini..???
Aku mengetahui bahwa umurku kini sudah mendekati 22 tahun 2 bulan 22 hari. tapi belum ada satu juz pun yang berhasil aku hafalkan. Betapa meruginya kehidupan yang selama ini aku jalani, seringkali ku melalaikan ajaran dalam Al Qur'an, seringkali aku tidak berpegang pada pedoman itu. Betapa menyesalnya aku menyia-nyiakan kehidupan yang Allah berikan.
Hanya Allah tempat ku menyembah, hanya kepada Allah aku mohon pertolongan. Betapa tidak malunya aku meminta setiap waktu tapi sering melupakan perintahMu. Semoga Engkau memberikan jalan terbaik untuk ku kembali ke jalan lurusmu. Yaa Allah,,, Engkaulah Tuhan Semesta Alam, hanya kepada Mu aku menyembah... Subhanallah