Minggu, 22 Maret 2020

Liburan Terpanjang, Sepanjang Hidup

 

Saya adalah seorang fotografer grumudan. Gak punya kamera, tapi suka pegang-pegang lensa. Sesekali nikung, tengok kanan dapat capung. Menghadap ke depan sambil nyengir, terbiasa nyelfie. Bodoh amat, muka pasaran mirip Khofifah (Gubernur Jawa Timur), siapa tau besoknya dicari bakal jadi menteri. Seneng aja, banyak imajinasi dan jadi manusia tak terkendali. Yang penting hepi.
 
Kali ini, biar dikira orang yang punya kerjaan. Salah satunya kasih penugasan di saat liburan. Liburan corona yang katanya nggak boleh ini itu begini begitu sampai orang-orang pada terjebak dalam dunia berita. Tapi akunya nggaklah. Bodo amat. Media sosial saat ini memang nggak adil, yang penting tersembunyi, yang aib mengibar. Alhasil semua ambyar dadaldual remek kek remahan rempeyek.
 
Suntuk to.? Podo, menghadapi keadaan begini, aku jadi ikut prihatin. Yongalah, ibu pertiwi ku pilek. Bumi ku sesak nafas. Aku juga ngrasakke radang, keluargaku ikut batuk-batuk. Alhamdulillah gak ada yang tes corona. Begitu tes corona, bisa jadi kita semua positif lho. Tapi nyatanya kita sekeluarga batuk pilek radang sebelum media mengembara. Kitanya udah sembuh dan bisa ngapain aja. Cuma nggak bisa belanja, akibat barang dagangan mahal semua, atau karena nggak ada biaya?
 
Masker habis, Hand sanitizer habis, bahan pokok naik, tambah ada berita bikin sayuran tolak bala pula, eh habis ini mau ada penyemprotan disinfektan. Sekalian donk, fogging biar anak buahnya nyamuk klenger. Intinya, banyak kejadian nggak masuk akal donk. Jadi jeleh, dan bodoh amat.
 
Liburan seminggu, dimulai 16 Maret.... Terus sampai tanggal 17 Maret, liburannya diperpanjang sampai 28 Maret.... Terus, tanggal 21 Maret, liburannya diperpanjang lagi sampai 5 April. Wuedyiaaaan, iki libur atau cuti nikahan? Ngerti ngono kan aku daftar KUA kaet seminggu yang lalu. Calonnya sopo? Calonnya bernama Covid Nineteen. Lhah genah iki liburan tak bermakna sekali. Mana mendadak, semakin molor dan kendor kayak kolor.
 
Pemotretan? Macam mana bisa pergi, suasana orang di rumah masih panik. Bisa-bisa aku pergi nggak boleh pulang lagi. Mana akunya juga keseringan tidur mager di rumah. Terus enak aja mau pergi, padahal dompet mlompong macam kopyah. Nggak ada isinya ini, liburan cuma di rumah. Mana di rumah maunya cuma rebahan sama ngemil. Kerjaan rumah, bye semua. Ini baru seminggu udah naik timbangan 3 kg. Apa kata 3 minggu liburan, bisa 10 kg nanti. Omegat... Ternyata sampai akhir September masih begini? Umur menua, hidup tak ada guna, mati sia-sia, jadinya masuk neraka. Masuk akal, sudah.
 
Setelah penjelasan logis dari sebuah video tentang covid, waktunya buka pikiran. Oke besok saya mulai cari obyek. pemotretan lah. Biar nggak se-bodo amat. Pergilah ke tempat yang masih di buka aksesnya. Jeprat jepret bawa kamera, sangu jajanan seadanya.. dan tetap berkelana. sampai jumpa lagi... Menuju hari kesehatan mental se dunia. 
 
Ingat, hiduplah dengan waras. 
Jangan Panik. 
Selamat Hidup Sehat. 
Rabi sesuai anjuran takdir. 
 
Allahu Akbar

Tidak ada komentar: