Rabu, 30 Desember 2015

2016's Dream



SELAMAT TINGGAL MASA LALU, 2015

masa dimana mimpi-mimpi saya di tahun sebelumnya, berjalan dengan begitu indah...
banyak hal yang terwujud
banyak kebahagiaan yang tercipta
banyak kenangan yang terukir

mulai dari Ekspedisi NKRI, Bandung (Batujajar, Situlembang, Ciwidey), Pulau Sumbawa (Sumbawa Besar, Kota Bima, Kabupaten Bima, Dompu, Tambora), Pulau Ular, Pulau Satonda, Pulau Sangeang Api, Pulau Flores, Pulau Komodo.
Gunung Api Purba Nglanggeran, PERKASISMA di Buper Sinolewah Sleman, Upacara Kebangkitan HW, Ujian Kepanduan HW, Karnaval Pawai Ta'aruf MUSYDA, dan terakhir JAMDA di Buper Tambak Wates

Semuanya menjadi pengalaman yang indah dan tak terlupakan

tapi...

apa yang diinginkan di tahun lalu, ada pula yang sempat terlewat.
mimpi-mimpi itu takkan pernah terwujud, jika tidak dimimpikan kembali untuk esok

jadi...

SELAMAT DATANG, MASA DEPAN 2016

tanpa MIMPI di tahun depan, mungkin hidup saya gak ada tujuan
mumpung masih sempat BERMIMPI,
mumpung masih bisa bermimpi dalam KEADAAN SADAR
jadikanlah mimpi-mimpi tahun depan ini sebagai tujuan hidup saya di dunia
senantiasa bisa mencapainya dengan kekuatan ikhtiar serta teriring nilai-nilai ibadah didalamnya

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
1. nulis BUKU
2. sukses dan terpilih dalam lomba proposal bisnis DRC 2
3. buat PERPUSTAKAAN
4. ambil IJAZAH di kemenag Jakarta
5. IJABSAH alias MENIKAH
6. Menapakkan kaki di Pulau Sumatra

Mari senantiasa BERMIMPI, kelak dengan MIMPI-MIMPI itu, hidup kita akan semakin terarah

SELAMAT BERMIMPI...

Minggu, 27 September 2015

INI ITU...

Introspeksi diri

"menjalani kehidupan itu tak semudah mengutarakan teori"

sebuah teori, mudah untuk dilontarkan, namun sulit untuk dipraktekkan,
seperti halnya orang awam yang harus belajar aljabar dan tidak mengerti untuk apa dia mempelajarinya...

ada pula yang mudah untuk diterapkan, tapi teorinya malah rumit,
seperti halnya orang sepuh yang mahir menghitung uang, sedangkan untuk belajar akuntansi bisa jadi mereka tak mampu

lagi-lagi...
terkadang kita harus berpikir keras untuk memperoleh keinginan
namun bisa jadi kita belum berusaha, sudah dapat hadiah...

itulah kehidupan,
dimana masing-masing dari kita punya cerita yang berbeda untuk menjalaninya

ingatan masa kecil hingga saat ini, bisa kita jadikan bahan introspeksi diri
ada banyak manusia yang terlahir lengkap sempurna dengan orang tuanya,
namun tidak sedikit pula manusia yang terlahir tanpa salah satu atau keduanya
begitu pula saya, yang begitu terlahir lengkap tak kurang suatu apapun,
keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, bahkan hingga saya berumur 16 tahun,
semuanya sempurna, di dalam sebuah keluarga yang sederhana

lalu setelah itu, kehilangan seorang ayah untuk selama-lamanya menjadi bagian dari kehidupan
yang menjadi sebuah pengingat, bahwa segala kehidupan kita, ada yang mengatur

di umur yang ke 24 ini
sudah seharusnya saya menjadi seseorang yang dewasa dan mempersiapkan diri untuk masa depan
target, rencana, sudah dirancang sedemikian rupa dengan sejuta impian
tapi tetaplah, Sang Pengatur Kehidupan adalah Penentunya

Kita tidak perlu khawatir,
mengenai Ketentuan-Nya,
karena semua itu adalah keputusan yang terbaik untuk kita

Selasa, 26 Mei 2015

SAPAAN SANG PEMANGSA DI UFUK TIMUR SUMBAWA



Siapa yang mengira bahwa di balik tebing-tebing yang berada di sebelah timur Pulau Sumbawa terdapat hutan lebat? Akses darat yang menguras banyak keringat menjadikan daerah ini jarang dikunjungi oleh manusia. Jalur laut pun setengah mati, karena harus menerjang gelombang dan melawan arus yang begitu kuat. Tebing-tebing bagian timur Pulau Sumbawa masih rapat dihiasi pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tumpukan batu-batu heksagonal di Tanjung Maria, deretan mangrove Ndoko, tebing-tebing yang menjulang indah dihiasi air terjun di Nanga Kala dan Rano, itulah keistimewaan Sumbawa bagian timur.

Tim penelitian gabungan yang terdiri Flora Fauna, Geologi, Potensi Bencana dan Sosial Budaya melakukan Ekspedisi di wilayah timur Sumbawa. Sebanyak 21 orang melakukan ekspedisi menuju dengan menggunakan dua perahu nelayan selama 4 jam melalui Selat Sape. Penelitian yang dilaksanakan selama 4 hari ini membuahkan hasil yang luar biasa.  Salah satunya adalah penemuan tim Geologi yang menemukan batu heksagonal yang terdapat di Tanjung Maria. Tim Potensi Bencana menemukan lembah tebing yang dibuka menjadi lahan pertanian di Nanga Kala. Sedangkan tim Sosial Budaya mempelajari tata cara bertani dan nelayan yang tinggal di Nangakala dan Pulau Kelapa. Bagi tim Flora Fauna, Sumbawa bagian timur menyajikan sapaan predator yang begitu gagah.


Gambar 2. Elang-laut Perut-putih (Haliaeetus leucogaster) (fotografer : Jericho)  

Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), Elang Bondol (Haliastur indus) dan Elang-ular Jari-pendek (Circaetus gallicus) merupakan satwa predator yang setiap hari dijumpai. Ketiga jenis elang ini sangat memanfaatkan tempat yang tinggi semacam tebing ataupun pohon besar yang digunakan untuk bertengger dan mengintai mangsa. Sedangkan makanannya berupa ikan, amfibi, reptil maupun burung kecil (dalam bahasa Bima disebut keri’i). Lokasi yang strategis ditunjukkan pada tebing-tebing yang berderet dari Tanjung Maria hingga Rano. Lokasi ini berbatasan langsung dengan Selat Sape yang dikenal sebagai daerah pusaran arus dan memiliki tingkat keanekaragaman jenis ikan yang melimpah.

Gambar 2. Deretan tebing-tebing di Tanjung Maria (fotografer : Nur Sita Hamzati)

Pembagian teritorial ketiga jenis pemangsa ini sangat tidak jelas. Elang-laut Perut-putih merupakan jenis elang yang berukuran paling besar dibandingkan Elang Bondol dan Elang Ular Jari Pendek. Meskipun belum pernah teramati ketiganya saling menyerang, namun Elang laut perut putih sepertinya menjadi satwa yang paling menguasasi wilayah perairan. Elang Bondol sesekali terbang di wilayah perairan, akan tetapi cenderung mendekati daratan dan padang savana yang terletak di balik tebing. Sedangkan Elang-ular Jari-pendek, dengan perilakunya yang khas yaitu terbang tanpa berpindah tempat dengan mengepakkkan sayap secara stabil diatas padang savana.

Gambar 3. Elang bondol (Haliastur indus) (fotografer : Nur Sita Hamzati)

Perjumpaan ketiga jenis elang ini dimulai pada pukul 08.00 WITA dan teramati masih terbang rendah. Hal ini bisa menjadi petunjuk bahwa lokasi bersarang diasumsikan dekat dengan lokasi ditemukan. Berdasarkan informasi dari masyarakat, salah satu pohon mangrove besar yang terletak di Ndoko pernah dijumpai sarang Elang-laut Perut-putih. Petunjuk lainnya, ada beberapa pohon besar yang terletak di tebing Nanga Kala yang digunakan sebagai lokasi bertengger dan beristirahat.

Gambar 4. Bentang alam Sumbawa bagian timur (fotografer : Nur Sita Hamzati)

Keberadaan hutan alami, yang tersusun atas tebing, pohon-pohon besar merupakan habitat yang cocok untuk kelangsungan hidup predator. Berbagai jenis pohon besar yang terdapat di Nangakala, Ranu, Ndoko dan Tanjung Maria sangat berpotensi digunakan sebagai lokasi bersarang dan bertengger bagi sang pemangsa. Oleh karena itu, perlu adanya konservasi hutan di Sumbawa bagian timur. Dimana habitat ini sangat mendukung kelangsungan hidup ketiga jenis predator di ufuk timur Pulau Sumbawa.


Kelestarian Air dan Kaloi, Selamatkan Nusa Tenggara dari Kekeringan



Secara Ekologi, wilayah Nusa Tenggara berada pada lintasan garis Wallacea yang menjadi daerah peralihan antara benua Asia dan Australia. Nusa Tenggara terdiri atas kelompok pulau-pulau yang berukuran sedang sampai kecil. Sebagian besar Nusa Tenggara hanya sedikit atau sudah tidak memiliki hutan, kepadatan penduduk juga tidak besar dengan lahan masih banyak yang belum diolah. Sebagian besar lahannya berupa padang rumput dan perdu dengan pohon yang kepadatannya rendah dan terpencar yang disebut savana. Sehingga hutan aslinya menjadi kering dan terlihat gersang.
Pulau Sumbawa pada umumnya merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Namun ada beberapa sebagian kecil merupakan dataran yang memanjang sepanjang pesisir selatan. Kondisi geografi Pulau Sumbawa merupakan salah satu contoh gambaran kepulauan di Nusa Tenggara. Bentang alam Pulau Sumbawa cukup variatif, mulai dari daerah pesisir, hutan dataran rendah, persawahan, tebing hingga padang rumput savana. Kondisi seperti ini mengakibatkan sumber air  bersifat terbatas. Beberapa sumber air ada yang tersedia hanya pada saat musim penghujan, namun ada pula yang selalu ada meskipn musim kemarau. Di wilayah Bima dan Dompu, ada beberapa titik yang menjadi sumber air dan menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat.
Gambar 1. Peta persebaran sumber air di Bima-Dompu (Peta : Alifi Rehanun Nisya)

Berdasarkan hasil ekspedisi NKRI subkorwil 04/Bima pada bulan Februari hingga Juni, ada delapan sumber air yang ditemukan. Masing-masing sumber air memiliki karakteristik dan menjadi sumber kebutuhan utama bagi masyarakat di sekitarnya. Tiga sumber air berupa air terjun yang terletak di Kalate (Co. 9757-2317), Nangakala (Co. 3782-3934), dan Kawinda To’i (Co. 1108-0304). Dua sumber air muncul dari akar pohon, terletak di Madapangga (Co. 6878-6072) dan Lambitu (Co. 9938-5506). Dua sumber air lagi merupakan air dam, yaitu Pelaparado (7621-3475) dan Kadindi (8427-9387). Sepanjang Kabupaten Dompu, sumber air juga banyak di temukan di daerah pesisir, sedangkan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu di Hodo.
Sumber air yang bersih dan baik, dapat dikaji dengan melihat keberadaan makhluk hidup yang berperan sebagai bioindikator. Salah satu hewan yang memiliki peran penting terhadap kualitas air yaitu naga terbang (dragonfly). Dalam bahasa Bima, naga terbang (dragonfly) dikenal dengan sebutan kaloi. Keberadaan hewan yang bersayap transparan ini bersifat kosmopolit. Namun ada beberapa jenis yang berperan sebagai bioindikator kualitas perairan.
Kaloi berperan sebagai bioindikator air karena seluruh siklus hidupnya tergantung dengan air. Pada saat bertelur, capung betina meletakkan telur-telurnya di sersah atau daun yang menempel di air. Setelah telur menetas berubah menjadi nimfa yang hidup di dalam air. Pada fase nimfa ini, capung bersifat sensitif terhadap pencemaran. Nimfa biasanya ditemukan di balik batu agar tidak terseret aliran air. Selanjutnya pada saat capung dewasa ada beberapa jenis yang masih hidup di sekitar sungai, namun ada beberapa yang singgah di hutan. 

Gambar 2. Siklus hidup kaloi (nimfa – dewasa) (fotografer : Nur Sita Hamzati)

Kualitas perairan tidak hanya ditentukan dengan adanya spesies tertentu, namun keanekaragaman jenis capung juga turut memperkuat kualiatas perairan. Dengan adanya keanekaragaman jenis capung, maka rantai makanan juga akan ikut stabil dan berfungsi sesuai dengan perannya. Sehingga ada beberapa jenis capung yang berperan sebagai predator. Keseimbangan ekosistem pada bidang pertanian, sangat diuntungkan dengan keberadaan capung predator ini. Adanya peran capung predator dapat menyeimbangkan kutu daun dan wereng yang bersifat sebagai hama pada tanaman. Secara kasat mata, capung juga berperan sebagai predator nyamuk.
     
Gambar 3. Keanekaragaman jenis kaloi di Bima-Dompu (fotografer : Nur Sita Hamzati)

Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian kaloi di alam, maka perlu adanya konservasi sumber air. Dalam hal ini, perlu adanya sumbangan dari berbagai elemen untuk menjaga kelestarian sumber air dan kaloi di Bima-Dompu, Nusa Tenggara. Diantaranya, peran dari pemerintah daerah dalam menetapkan peraturan untuk melindungi daerah sumber air. Kedua, para penegak hukum yang senantiasa tegas dalam menjalankan tugas dalam menegakkan peraturan. Kemudian, yang ketiga adalah masyarakat setempat yang berhubungan langsung dengan sumber air. Sudah seharusnya ketiga elemen ini memiliki satu tujuan untuk bersama-sama dalam menjaga kelestarian sumber air dan kaloi.
Adanya pemahaman mengenai pentingnya keberadaan sumber air dan kaloi, maka kawasan Nusa Tenggara dapat terselamatkan dari bencana kekeringan. Sumber air dapat terselamatkan apabila hutan alami masih terjaga dengan baik. Peran dari akar-akar kayu besar merupakan penampung utama air. Dengan demikian, keberadaan sumber air akan tetap lestari dan keanekaragaman jenis kaloi tetap tinggi.

Kamis, 01 Januari 2015

...dan, FINALLY sudah 1th PENGABDIAN

Sebagai seorang pengabdi, maka bolehlah kalian menyebut saya sebagai “mahasiswi usai wisuda”. Saya sendiri sadar, bahwa ijazah asli itu belum ada ditangan saya. Karena selepas wisuda ijazah itu ditahan ditempat yang tenang,nyaman dan damai, yaitu di tangan Dir.PDPontren Kemenag RI.

Jadi, jangan anggap saya sebagai sarjana jika ijazah itu belum ada ;)

FLASHBACK : Niat dan tekad saya selepas sidang hanya satu, yaitu PENGABDIAN. Meskipun di akhir sidang waktu itu, dosen pembimbing dan penguji menyatakan sayang sekali kalo saya tidak melanjutkan penelitian saya. Beliau berharap bahwa hasil Tugas Akhir saya bisa jadi sebuah buku. Jawaban saya singkat, “Insya Allah, jika suatu saat nanti saya diberi kesempatan lagi.” Dan dalam benak saya mengatakan “meskipun kesempatan itu sangat kecil.”

PERJALANAN PENGABDIAN :

PENGANTAR : Sejujurnya saya bukan santri aseli yang tinggal dan menetap dipondok (santri semacam saya ini biasa disebut SANTRI KALONG), dimana saya menimba ilmu di sebuah madrasah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren.  Meskipun saya santri kalong,tapi rumah saya berada dekat dengan madrasah dan pondok pesantren. Kegiatan keagamaan dan suasana religious sangat melekat di desa kami. Hehe…. (cuma ngelesss…)



Lalu, selepas wisuda saya pun langsung kembali ke pondok pesantren, dan melaporkan diri bahwa saya bermaksud mengabdi untuk pesantren. Entah dimana saya mau ditempatkan, entah menjadi apa, entah mau diapakan, saya manut-manut saja. Akan tetapi, setahun sebelum saya lulus sudah diwanti-wanti untuk menjadi guru IPA Biologi di MTs. Yaa…. Sudah saya sampaikan, sampai di pondok pun, saya manut. Manut mau diapa-apakan.

Alhasil, pertama kali mengabdi masuk di MTs Darul ‘Ulum saya diminta untuk mengajar Akidah Akhlak (menggantikan kakak saya). Dung___Deng___ (dalam batin mengatakan : aku iki wong kelakuane pethakilan, gaweane misoh-misoh. Lhah kok…!!). But, It’s Ok! ndak masalah saya bilang. Pertama saya optimis dan khusnudzon aja dulu, saya mbatin justru ini akan menjadi salah satu jalan agar saya menjadi orang Jogja yang baik-baik lagi. Meskipun yaaa agak gimana gitu…

SOALNYA : dikampus dulu, Saya terkenal sebagai cewek tomboy, yang GAK pernah mau memakai rok sama sekali (kecuali pada saat pelatihan), kini harus membiasakan diri jadi ROKER. Dan gak pernah mau berdandan (make up), dan kini saya harus berpenampilan rapi. What the ….!!! Okelah, ndak pa-pa, maju terus pantang mluntir untuk pengabdian.

SEDIKIT DEMI SEDIKIT : Saya mulai betah dan bisa beradaptasi. Akhirnya setelah 3 bulan saya menjadi lebih PEDE tinggal di dunia pendidikan, meskipunASELI-nya bukan lulusan pendidikan. Akhir Bulan Oktober, saya mulai diberi amanah untuk mengajar Biologi kelas VIIIC (yang katanya kelas yang butuh perhatian khusus). Di Bulan Oktober pun saya sudah mulai dekat dengan anak-anak, dan mulai dari situ pula sebuah rintisan pendirian Kelompok Ilmiah Remaja di MTs, saya bikin.



Berbagai macam kegiatan sederhana yang berbasis lingkungan menjadi fokus Kelompok Ilmiah Remaja. Dasar saya sebagai orang ekologi dan pengamat burung akhirnya tidak sia-sia. Bersama kelompok ilmiah remaja itu, saya mulai mengarahkan mereka untuk menjadi saintis-saintis remaja yang peduli terhadap kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. Mengenalkan keanekaragaman jenis burung, ikan, serangga dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar lalu menulisnya ke dalam bentuk artikel ilmiah dalam sebuah blog yang dikelola sendiri.

HARI DEMI HARI, terus saya lalui tanpa rasa grusa-grusu. Yang lain pada mikirin jadi PNS, saya tetap santai dan nyaman saja jadi guru honorer yang digaji Rp 150.000,00 (sebulan) dengan jam ngajar 17 jam/minggu. Bukan kejam, tapi yaaa emang segitu bayarannya guru honorer, apalagi macam Pengabdi seperti saya. Mau nuntut...?? Nuntut apa..?? Gak sopan banget rasanya kalo saya nuntut-nuntut. Wes opo anane wae, dijalani takdir yang sudah dituliskan oleh Yang Maha Kuasa. Saya tetep betah dan tambah betah mengajar. Bahkan di semester kedua pun amanah saya bertambah jadi guru TIK. Padahal kemampuan IT dan ngajar saya cuma dibawah rata-rata. Tapi, yaa mau gimana lagi. Ini namanya anugrah :) masih ada waktu untuk belajar, mumpung masih muda dan mbah GOOGLE pun sumber ilmu yang Gratis tisss tisss...

Begitu masuk di semester genap pun, saya juga diberi amanah di MA untuk menggantikan beliau guru Kimia yang sedang cuti melahirkan selama 1 bulan. Untungnya kelas X, dan kebetulan itu adalah materi yang mudah dan bisa saya pahami dengan baik "dulu". Buku kimia waktu saya sekolah pun masih ada. Jadi It's OK, ndak ada masalah. Belajar dikit, udah ngerti deh. Sebulan ngajar kimia, untung cuma dua puluhan anak. Jadi bisa terkondisikan, meskipun lagi-lagi saya gak pake acuan RPP, Silabus, Prota, Promes, dan Perangkat Pembelajaran Lainnya. Maaf, saya bukan guru yang baik..!!!

Lagi-lagi saya gak mau bahas masalah gaji, karena lebih ndak etis kalo gaji guru honorer seminggu saya cuma ngajar 6 jam kok diomongin, mending panjenengan sami menggalih piyambak :) Lagi-lagi, saya ngomong ini adalah pengabdian, jadi ndak sopan kalo saya nuntut macem-macem.

NYAMAN, saya semakin nyaman di akhir semester kedua. Yaaa, disitulah saya sudah benar-benar punya jati diri sebagai seorang guru. Meskipun kadang merasa GAK PANTES banget jadi guru. Lhah mau gimana lagi, mosok iya saya nuntut jadi tukang yang benerin pintu jebol... Atau nuntut jadi driver..?? Eh maaf, pondok belum punya Bis nding, tapi kalo panjenengan-panjenengan mau ikut bantu beli bis untuk anak-anak pondok yaaa nanti saya tak jadi drivernya :D

Pada intinya, saya nyaman... Nyaman sekali. Setahun berada di Madrasah, benar-benar dianggap sebagai bagian dari keluarga Darul 'Ulum. Dan kekeluargaan itulah yang saya cari. Maaf, di Madrasah saya tidak mencari nafkah, karena yang pantas mencari nafkah adalah si suami (nek rung duwe bojo, yooo nunggu wae).

OKE, dan pada intinya saya kembali ke madrasah benar-benar untuk mengabdikan diri, itu saja. Lagi-lagi jangan menganggap bahwa apa yang saya tulis adalah mengumbar kebaikan, saya saya bukan orang yang baik. Kalau panjenengan tidak percaya, bertanyalah kepada anak-anak. Pasti mereka akan menjawab dengan jujur.

Sebagai PENUTUP, saya mau mengucapkan terima kasih banyak kepada Keluarga Besar PP Darul 'Ulum Muhammadiyah Galur yang telah memberikan kesempatan dan tempat bagi saya untuk mengabdi, dan menjadi bagian kecil di dalamnya.

...dan, FINALLY sudah 1 th PENGABDIAN, baru dapat fotokopian dan foto ijazah ;)