Rabu, 28 April 2010

Fisika Perairan

Syayyida Muslimah (1509100012), Rizky Yanuarista (1509100027), Sevy Dwi Kartika Sari (1509100040), Dimas Cahyo H (1509100043), Yullis Remita (1509100057),
Nur Sita Hamzati (15091000704), Wahyu Dewi Iftita (15091000707)
Kelompok IX

PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2010


Abstrak
Telah dilakukan penelitian kondisi fisik oseanografi perairan Pantai Kenjeran Surabaya pada tanggal 27 Maret 2010. Parameter yang diukur adalah suhu, salinitas, kecerahan, jumlah padatan tersuspensi total, dan jumlah padatan terlarut. Praktikum fisika perairan ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui dan memahami faktor-faktor fisika perairan laut yang berpengaruh terhadap kehidupan biota laut dan mampu melaksanakan metode standard pengambilan data parameter fisika perairan laut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi salinitas berkisar antara 25%0, kondisi suhu sebesar 32°C dan kecerahan air setinggi 0,48 m. Sedangkan jumlah padatan tersuspensi total sebesar 4160 ppm dan jumlah padatan terlarut sebesar 2329 ppm.
Keyword : suhu, salinitas, kecerahan, TSS dan TDS.




PENDAHULUAN

Kondisi fisik perairan pada saat ini telah berbeda dengan kondisi pada beberapa tahun yang lalu. Hal ini mempengaruhi keadaan perairan yang ada di Indonesia menjadi tercemar. Pencemaran ini terjadi akibat adanya beberapa faktor, diantaranya adalah pencemaran oleh perindustrian minyak dunia, logam berat, sampah, sisa tanaman atau hewan dan lain sebagainya. Kondisi ini menyebabkan perubahan pada sifat fisik perairan Indonesia, baik pada suhu, kecerahan, salinitas, warna, bau, dan jumlah padatan terlarut.
Padatan tersuspensi yang terjadi biasanya akibat adanya fitoplankon, kotoran, zooplankton, kotoran, dan lumpur. Praktikum fisika perairan ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui dan memahami faktor-faktor fisika perairan laut yang berpengaruh terhadap kehidupan biota laut dan mampu melaksanakan metode standard pengambilan data parameter fisika perairan laut.

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di UPTD Pantai Kenjeran dan Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Matemaitika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Surabaya pada tanggal 27 Maret 2010.

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan adalah Hand salino- refractometer, seschi disc, termometer merkuri atau alkohol, botol sampel volume 1 liter, analytical balance, kertas saring berdiameter 12 cm, pipet tetes, gelas beker volume 250 ml dan 1000 ml, corong kaca, pemanas burner dan oven. Bahan yang digunakan adalah sampel air dari perairan laut Pantai Kenjeran Surabaya.

Metode Kerja
Pengamatan data salinitas dilakukan dengan menggunakan Hand salino Refractometer dengan tingkat ketelitian 1%. Sampel air laut diteteskan pada kaca refractometer kemudian dibaca skala penunjuk salinitas melalui eyepiece. Pengambilan data suhu dilakukan dengan menggunakan mencelupkan ujung termometer merkuri atau alkohol dengan tingkat ketelitian minimum 1°C pada badan perairan laut selama ± 10 menit. Kemudian dilakukan pencatatan suhu yang ditunjukkan oleh skala termometer. Selanjutnya, pengambilan data kecerahan air dilakukan dengan cara menurunkan Secchi disc dengan bantuan tali secara perlahan-lahan ke dalam kolom perairan laut hingga warna hitam putih pada permukaan disc tidak terlihat lagi. Nilai kecerahan dapat diperoleh dari hasil pengukuran panjang tali yang tercelup air tersebut.
Pengambilan data Total Suspended Solid (TSS) dilakukan dengan cara penyaringan 1 liter sampel air dari lokasi sampling dengan bantuan corong dan kertas saring. Endapan yang tertinggal pada kertas saring kemudian dioven hingga kering sempurna dan ditimbang massa kertas saring tersebut. Nilai TSS adalah selisih antara berat kertas saring sebelum dan sesudah adanya endapan. Pengambilan data Total Dissolved Solid (TDS) dilakukan dengan cara pemanasan 1 liter air laut dengan menggunakan pemanas burner hingga filtrat menguap dengan sempurna. Kemudian gelas beker yang berisi endapan air laut ditimbang dengan neraca analitik dan dikonversikan ke dalam mg/L. Nilai TSS adalah selisih antara gelas beker sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan.


HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan Hand Salino Refractometer dengan tingkat ketelitian 1% diperoleh skala salinitas pada eyepiece yang menunjukkan nilai 25%0. Kemudian dengan mencelupkan ujung termometer merkuri atau alkohol dengan tingkat ketelitian minimum 1°C pada badan perairan laut selama ±10 menit diperoleh skala yang menunjukkan suhu 32°C. Pada pengamatan keceraan air dengan menggunakan seschi disc didapatkan bahwa warna hitam putih pada permukaan atas seschi disc tidak terlihat setelah diturunkan sedalam 48 cm atau 0,48 m. Selanjutnya pada penimbangan kertas saring sebelum dan sesudah terdapat endapan dari penyaringan sampel diperoleh selisih berat sebesar 0, 4160 gr atau 4160 mg/L (ppm).Pada pengamatan TDS (Total Dissolved Solid) diperoleh selisih antara gelas beker sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan sebesar 2, 3290 gr atau 2329 ppm.

Tabel hasil Pengukuran sifat Fisik Perairan
No. Parameter Satuan Nilai
1. Suhu °C 32
2. Salinitas %0 25
3. Kecerahan meter 0.48 m
4. TSS mg/L (ppm) 4160 ppm
5. TDS mg/L (ppm) 2329 ppm

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Perairan dengan tingkat curah hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas yang rendah sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas perairannya tinggi. Selain itu pola sirkulasi juga berperan dalam penyebaran salinitas di suatu perairan. Secara vertikal nilai salinitas air laut akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Di perairan laut lepas, angin sangat menentukan penyebaran salinitas secara vertikal. Pengadukan di dalam lapisan permukaan memungkinkan salinitas menjadi homogen. Terjadinya upwelling yang mengangkat massa air bersalinitas tinggi di lapisan dalam juga mengakibatkan meningkatnya salinitas permukaan perairan (Tomascik, 1997).
Air laut mengandung 3,5 % garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik, dan pertikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermavents) di laut dalam (Hutabarat, 1985).
Menurut Lukas and Lindstrom (1991), kedalaman setiap lapisan di dalam kolom perairan dapat diketahui dengan melihat perubahan gradien suhu dari permukaan sampai lapisan dalam. Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi, evaporasi, turbulensi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom perairan. Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1 oC permukaan akibat adanya aliran bahan dari udara ke lapisan permukaan perairan.


KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keadaan suhu, salinitas, kecerahan, TSS dan TDS mempengaruhi keadaan fisik perairan terhadap kehidupan biota laut. Dari hasil paktikum diperoleh nilai salinitas 25%0, kondisi suhu sebesar 32°C dan kecerahan air setinggi 0,48 m. Sedangkan jumlah padatan tersuspensi total sebesar 4160 ppm dan jumlah padatan terlarut sebesar 2329 ppm.


DAFTAR PUSTAKA

Lukas R., and E. Lindstrom, 1991. The Mixed Layer of the Western Equatorial Pacific Ocean. J. Geophys. Res., 96: 3343 – 3357.
Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, and M. K. Moosa, 1997 b. The Ecology of the Indonesian Seas. Part Two. The Ecology of Indonesian Series. Vol. VIII. Periplus Editions (HK) Ltd.
Hutabarat, Sahala . 1985. “Pengantar Oseanografi”. UI-Press. Jakarta.

1 komentar:

keren mengatakan...

good share