Kali ini, ku coba mengibaratkan diri menjadi sebuah botol kaca bekas minuman yang ditinggalkan oleh peminumnya.
ditepi jalan, Berhari-hari, aku ditinggalkan. Dipisahkan dari kawanan ku dari dalam kulkas.
Para pejalan pun hanya melewatiku,
sesekali aku ditendang
Bahkan sempat menggelinding
Tapi, Masih tetap ditepi jalan
Ku pikir, akan ad yang mengembalikan ke kawanan ku
Tapi hingga berbulan-bulan, tetap saja aku ditempat
Hingga akhirnya aku kusam
Karena Panas teriknya matahari tak terpayungi
Hingga Hujan begitu derasnya mengisi mulut botol ku..
Dan Kini aku terisi...
Lalu, tiba-tiba ada seorang anak kecil datang membawa sebatang kayu sumpit
Mukanya marah dan memerah
Awalnya aku takut dibanting
Lalu dia Memukul-mukul tubuh rampingku sambil berjongkok
Dan tubuhku berbunyi ting ting suara nyaring
Anak itu pun duduk selonjor, memainkan botol kosong berisi air
Kemudian ank kecil itu berdiri, berjalan lagi selangkah
Dia lihat botol yang lain
Diambilnya dan dipukul botol tersebut
Dia mainkan keduanya dengan irama emosi
Sambil geleng-geleng anak kecil pun tersenyum sambil bernyanyi
Si botol kaca pun tersenyum dan bergembira
Kini dia tak sendiri
Bekas bukan berarti tak berguna
Terdampar bukan berarti tak ad yang menemani
Emosi bukan berarti tak perduli
Karena semua kini menyatu dalam janji
Irama botol kaca bersama satuan emosi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar