Siapa yang mengira bahwa di balik tebing-tebing yang
berada di sebelah timur Pulau Sumbawa terdapat hutan lebat? Akses darat yang
menguras banyak keringat menjadikan daerah ini jarang dikunjungi oleh manusia.
Jalur laut pun setengah mati, karena harus menerjang gelombang dan melawan arus
yang begitu kuat. Tebing-tebing bagian timur Pulau Sumbawa masih rapat dihiasi
pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tumpukan batu-batu heksagonal di Tanjung
Maria, deretan mangrove Ndoko, tebing-tebing yang menjulang indah dihiasi air
terjun di Nanga Kala dan Rano, itulah keistimewaan Sumbawa bagian timur.
Tim penelitian gabungan yang terdiri Flora Fauna,
Geologi, Potensi Bencana dan Sosial Budaya melakukan Ekspedisi di wilayah timur
Sumbawa. Sebanyak 21 orang melakukan ekspedisi menuju dengan menggunakan dua
perahu nelayan selama 4 jam melalui Selat Sape. Penelitian yang dilaksanakan
selama 4 hari ini membuahkan hasil yang luar biasa. Salah satunya adalah penemuan tim Geologi yang
menemukan batu heksagonal yang terdapat di Tanjung Maria. Tim Potensi Bencana
menemukan lembah tebing yang dibuka menjadi lahan pertanian di Nanga Kala.
Sedangkan tim Sosial Budaya mempelajari tata cara bertani dan nelayan yang
tinggal di Nangakala dan Pulau Kelapa. Bagi tim Flora Fauna, Sumbawa bagian
timur menyajikan sapaan predator yang begitu gagah.
Gambar 2. Elang-laut
Perut-putih (Haliaeetus leucogaster)
(fotografer : Jericho)
Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), Elang Bondol (Haliastur indus) dan Elang-ular Jari-pendek (Circaetus gallicus) merupakan satwa predator yang setiap hari
dijumpai. Ketiga jenis elang ini sangat memanfaatkan tempat yang tinggi semacam
tebing ataupun pohon besar yang digunakan untuk bertengger dan mengintai
mangsa. Sedangkan makanannya berupa ikan, amfibi, reptil maupun burung kecil
(dalam bahasa Bima disebut keri’i). Lokasi
yang strategis ditunjukkan pada tebing-tebing yang berderet dari Tanjung Maria
hingga Rano. Lokasi ini berbatasan langsung dengan Selat Sape yang dikenal
sebagai daerah pusaran arus dan memiliki tingkat keanekaragaman jenis ikan yang
melimpah.
Gambar 2. Deretan tebing-tebing di Tanjung
Maria (fotografer : Nur Sita Hamzati)
Pembagian teritorial ketiga jenis pemangsa ini sangat
tidak jelas. Elang-laut Perut-putih merupakan jenis elang yang berukuran paling
besar dibandingkan Elang Bondol dan Elang Ular Jari Pendek. Meskipun belum
pernah teramati ketiganya saling menyerang, namun Elang laut perut putih sepertinya
menjadi satwa yang paling menguasasi wilayah perairan. Elang Bondol sesekali
terbang di wilayah perairan, akan tetapi cenderung mendekati daratan dan padang
savana yang terletak di balik tebing. Sedangkan Elang-ular Jari-pendek, dengan
perilakunya yang khas yaitu terbang tanpa berpindah tempat dengan mengepakkkan
sayap secara stabil diatas padang savana.
Gambar 3. Elang bondol (Haliastur indus) (fotografer : Nur Sita Hamzati)
Perjumpaan ketiga jenis elang ini dimulai pada pukul
08.00 WITA dan teramati masih terbang rendah. Hal ini bisa menjadi petunjuk
bahwa lokasi bersarang diasumsikan dekat dengan lokasi ditemukan. Berdasarkan
informasi dari masyarakat, salah satu pohon mangrove besar yang terletak di
Ndoko pernah dijumpai sarang Elang-laut Perut-putih. Petunjuk lainnya, ada
beberapa pohon besar yang terletak di tebing Nanga Kala yang digunakan sebagai
lokasi bertengger dan beristirahat.
Gambar 4. Bentang alam Sumbawa bagian timur (fotografer : Nur Sita Hamzati)
Keberadaan hutan alami, yang tersusun atas tebing,
pohon-pohon besar merupakan habitat yang cocok untuk kelangsungan hidup
predator. Berbagai jenis pohon besar yang terdapat di Nangakala, Ranu, Ndoko
dan Tanjung Maria sangat berpotensi digunakan sebagai lokasi bersarang dan
bertengger bagi sang pemangsa. Oleh karena itu, perlu adanya konservasi hutan
di Sumbawa bagian timur. Dimana habitat ini sangat mendukung kelangsungan hidup
ketiga jenis predator di ufuk timur Pulau Sumbawa.