Rabu, 20 April 2022

Obrolan Sampah

Setiap orang bila berjumpa, pasti akan ngobrol dan saling berinteraksi. Disitu aku pun juga akan melakukan hal yang sama. Sayangnya sampai hari ini aku merasa tak punya kawan. Tak berkawan, dan hidup dalam kesendirian. 

Hiruk pikuk suasana kanan kiri memberikan arti bahwa aku tak sendiri. Sebenarnya. Akan tetapi, obrolan mereka ternyata tak senada denganku. Aku butuh pendengar yang sefrekuensi, bahkan lebih dari itu aku ingin didengar dengan bijak.

Bukanlah melulu soal pekerjaan, tetapi sebuah inovasi yang harusnya mulai dikenali orang mengenai ambisi. Pencapaian untuk menjadi berarti, bukan hanya duduk diam lalu sembunyi. 

Bahkan aku ingin meninggalkan zona nyaman ini sejak dulu, lalu merantau entah kemana. Memulai hidup dari awal dan tidak bergantung dengan siapapun. Survivor. 


Tapi begitu berat rasanya meninggalkan ibu sendiri di rumah ini. Meski akupun juga kurang ajar di rumah, dan tak tau diri bahwa aku disini masih menumpang karena tak punya hunian. 

Aku tidak mengalami depresi, hanya aku butuh suasana baru yang tidak menjemukan. Perlu dukungan yang tidak merepotkan, dan perlu kegiatan yang tidak membosankan. 

Sepertinya aku memang terlahir istimewa dan menyebalkan. Bukan seperti gadis idaman, akan tetapi seperti anak setan kesurupan.