Selasa, 02 April 2019

JOGJA MENDESAK BUTUH KANTONG PARKIR



Libur telah tiba
Akhir tahun merupakan masa liburan rutin yang diawali sebelum Hari Raya Natal hingga Tahun Baru. Pada rentang waktu ini, anak-anak libur sekolah semester ganjil. Biasanya setelah selesai ujian atau setelah pembagian raport ditutup dengan berwisata. Sedangkan bagi orang yang sudah bekerja, rata-rata mengambil cuti pada masa ini. Sehingga bagi mereka yang sudah berkeluarga tentunya memanfaatkan waktu untuk wisata keluarga.
Pada masa liburan ini tentu banyak orang mengincar kota Jogja sebagai tempat berwisata. Hal ini didukung oleh banyaknya pariwisata yang ditawarkan, mulai dari wisata candi sebagai tempat bersejarah, pantai, hingga puncak. Tujuan wisatawan ke Jogja belum lengkap jika tidak berbelanja ke Malioboro, pusat perbelanjaan yang lengkap dan terkenal murahnya. Hingga akhirnya muncul istilah Jogja dengan sejuta kenangan dan wajib datang lagi jika liburan datang.

Wajib belanja di Malioboro
Waktunya para wisatawan berbondong-bondong memasuki Daerah Istimewa Yogyakarta. Bus-bus besar yang mengangkut 60 penumpang berjalan pelan secara berurutan. Tujuan akhir mereka berbelanja di Jalan Malioboro hingga jam sepuluh malam. Lampu penerang pun kini akhirnya penuh dengan bayangan. Inilah pemandangan sepanjang malam di Malioboro di waktu liburan.
Jalan masuk menuju Malioboro penuh dan sangat padat. Ujung bahkan sampai ke ujung lampu merah menyambung. Mulai dari Jalan Kusumanegara, Jalan Sultan Agung, Jalan KH Ahmad Dahlan, tersusun rapat bus besar, mobil, taksi, tanpa ada ruang untuk penyeberang. Mulai dari habis asar, parkir mobil di tepi jalan sudah mulai penuh. Urut dari Parkir bus Pariwisata di ujung timur yaitu di sebelah Bank Indonesia sudah penuh dari siang, lalu di buka tempat parkir baru disebelah barat Bank BNI, juga penuh, dan yang terujung yaitu parkir Ngabean pun penuh. Lalu, bagaimana dengan bus-bus pariwisata yang datangnya kemalaman?
Jika bus-bus pariwisata ini harus memindahkan sisi parkir, dari parkir selatan menuju ke utara pada kondisi lalu lintas yang padat ini, mungkin bisa menghabiskan waktu 1–2 jam. Waktu yang terbuang terlalu banyak, jika dipaksakan, belum lagi kepastian tempat parkirnya. Maka, permasalahan yang terjadi bukan permasalahan jauhnya tempat parkir akan tetapi karena terlalu sempitnya jalan kota untuk dilalui bus pariwisata. Mengingat bahwa jalan kota Jogja, lebarnya hanya cukup untuk berjajar antara bus pariwisata dengan sebuah sepeda motor. Maka, sebaiknya pemerintah kota segera membuat kebijakan untuk kelancaran lalu lintas ini.

Optimalkan keberadaan Trans Jogja
Mengingat kondisi jalan yang kurang memadai untuk bus pariwisata, dalam hal ini Jogja sebenanya sudah mempunyai solusinya. Salah satu alternatif yaitu memerankan Trans Jogja sebagai kendaraan umum yang cukup memadai untuk mengurangi jumlah bus pariwisata masuk ke kota Jogja.
Tempat parkir yang sudah disediakan cukup sebagai tempat parkir mobil, travel, dan Trans Jogja. Sedangkan untuk bus pariwisata seluruhnya parkir di luar kota Jogja, misalnya sepanjang Ring Road dibuatkan kantong parkir untuk bus Pariwisata. Sehigga bus Pariwisata tidak lagi masuk ke kota Jogja. Jika kondisi ini dapat diterapkan, maka Pemerintah Kota Jogja tidak perlu melakukan pelebaran jalan.
Pemerintah kota Jogja sebaiknya bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Perhubungan agar dapat memanfaatkan Trans Jogja sebagai transportasi penghubung untuk mengantarkan wisata keliling kota jogja. Hanya dengan tiket Rp. 3.500,00 wisatawan justru dapat mengelilingi kota Jogja dengan santai dan cepat. Di tambah lagi, kini peran duta pariwisata Jogja juga dapat dilibatkan untuk lebih mengenalkan Jogja kepada masyarakat luas.

Atau Darurat Menambah Kantong Parkir di Kota Jogja?
Namun, jika alternatif pertama tidak mungkin diaplikasikan dalam waktu dekat, maka solusi yang kedua yaitu menambah kantong parkir bus pariwisata di sekitar Malioboro. Penambahan kantong parkir tidak harus dengan membangun, namun cenderung mengefektifkan tempat-tempat yang luas dan cukup untuk bus pariwisata. Kondisi ini tentu harus bekerja sama dengan pihak masyarakat Jogja. Ketertiban tetap menjadi tanggung jawab bersama.
Oleh karena itu, jika alternatif memanfaatkan Trans Jogja dirasa lebih efektif, maka perlu adanya persiapan yang lebih matang dari berbagai pihak khususnya para Duta Wisata Jogja. Namun,  pada masa liburan akhir tahun ini, sepertinya penambahan kantong-kantong parkir untuk bus pariwisata menjadi masalah yang darurat dan harus secepatnya diselesaikan. Sehingga para wisatawan tidak merasa kecewa atas kondisi yang ada.