Kamis, 01 Januari 2015

...dan, FINALLY sudah 1th PENGABDIAN

Sebagai seorang pengabdi, maka bolehlah kalian menyebut saya sebagai “mahasiswi usai wisuda”. Saya sendiri sadar, bahwa ijazah asli itu belum ada ditangan saya. Karena selepas wisuda ijazah itu ditahan ditempat yang tenang,nyaman dan damai, yaitu di tangan Dir.PDPontren Kemenag RI.

Jadi, jangan anggap saya sebagai sarjana jika ijazah itu belum ada ;)

FLASHBACK : Niat dan tekad saya selepas sidang hanya satu, yaitu PENGABDIAN. Meskipun di akhir sidang waktu itu, dosen pembimbing dan penguji menyatakan sayang sekali kalo saya tidak melanjutkan penelitian saya. Beliau berharap bahwa hasil Tugas Akhir saya bisa jadi sebuah buku. Jawaban saya singkat, “Insya Allah, jika suatu saat nanti saya diberi kesempatan lagi.” Dan dalam benak saya mengatakan “meskipun kesempatan itu sangat kecil.”

PERJALANAN PENGABDIAN :

PENGANTAR : Sejujurnya saya bukan santri aseli yang tinggal dan menetap dipondok (santri semacam saya ini biasa disebut SANTRI KALONG), dimana saya menimba ilmu di sebuah madrasah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren.  Meskipun saya santri kalong,tapi rumah saya berada dekat dengan madrasah dan pondok pesantren. Kegiatan keagamaan dan suasana religious sangat melekat di desa kami. Hehe…. (cuma ngelesss…)



Lalu, selepas wisuda saya pun langsung kembali ke pondok pesantren, dan melaporkan diri bahwa saya bermaksud mengabdi untuk pesantren. Entah dimana saya mau ditempatkan, entah menjadi apa, entah mau diapakan, saya manut-manut saja. Akan tetapi, setahun sebelum saya lulus sudah diwanti-wanti untuk menjadi guru IPA Biologi di MTs. Yaa…. Sudah saya sampaikan, sampai di pondok pun, saya manut. Manut mau diapa-apakan.

Alhasil, pertama kali mengabdi masuk di MTs Darul ‘Ulum saya diminta untuk mengajar Akidah Akhlak (menggantikan kakak saya). Dung___Deng___ (dalam batin mengatakan : aku iki wong kelakuane pethakilan, gaweane misoh-misoh. Lhah kok…!!). But, It’s Ok! ndak masalah saya bilang. Pertama saya optimis dan khusnudzon aja dulu, saya mbatin justru ini akan menjadi salah satu jalan agar saya menjadi orang Jogja yang baik-baik lagi. Meskipun yaaa agak gimana gitu…

SOALNYA : dikampus dulu, Saya terkenal sebagai cewek tomboy, yang GAK pernah mau memakai rok sama sekali (kecuali pada saat pelatihan), kini harus membiasakan diri jadi ROKER. Dan gak pernah mau berdandan (make up), dan kini saya harus berpenampilan rapi. What the ….!!! Okelah, ndak pa-pa, maju terus pantang mluntir untuk pengabdian.

SEDIKIT DEMI SEDIKIT : Saya mulai betah dan bisa beradaptasi. Akhirnya setelah 3 bulan saya menjadi lebih PEDE tinggal di dunia pendidikan, meskipunASELI-nya bukan lulusan pendidikan. Akhir Bulan Oktober, saya mulai diberi amanah untuk mengajar Biologi kelas VIIIC (yang katanya kelas yang butuh perhatian khusus). Di Bulan Oktober pun saya sudah mulai dekat dengan anak-anak, dan mulai dari situ pula sebuah rintisan pendirian Kelompok Ilmiah Remaja di MTs, saya bikin.



Berbagai macam kegiatan sederhana yang berbasis lingkungan menjadi fokus Kelompok Ilmiah Remaja. Dasar saya sebagai orang ekologi dan pengamat burung akhirnya tidak sia-sia. Bersama kelompok ilmiah remaja itu, saya mulai mengarahkan mereka untuk menjadi saintis-saintis remaja yang peduli terhadap kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. Mengenalkan keanekaragaman jenis burung, ikan, serangga dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar lalu menulisnya ke dalam bentuk artikel ilmiah dalam sebuah blog yang dikelola sendiri.

HARI DEMI HARI, terus saya lalui tanpa rasa grusa-grusu. Yang lain pada mikirin jadi PNS, saya tetap santai dan nyaman saja jadi guru honorer yang digaji Rp 150.000,00 (sebulan) dengan jam ngajar 17 jam/minggu. Bukan kejam, tapi yaaa emang segitu bayarannya guru honorer, apalagi macam Pengabdi seperti saya. Mau nuntut...?? Nuntut apa..?? Gak sopan banget rasanya kalo saya nuntut-nuntut. Wes opo anane wae, dijalani takdir yang sudah dituliskan oleh Yang Maha Kuasa. Saya tetep betah dan tambah betah mengajar. Bahkan di semester kedua pun amanah saya bertambah jadi guru TIK. Padahal kemampuan IT dan ngajar saya cuma dibawah rata-rata. Tapi, yaa mau gimana lagi. Ini namanya anugrah :) masih ada waktu untuk belajar, mumpung masih muda dan mbah GOOGLE pun sumber ilmu yang Gratis tisss tisss...

Begitu masuk di semester genap pun, saya juga diberi amanah di MA untuk menggantikan beliau guru Kimia yang sedang cuti melahirkan selama 1 bulan. Untungnya kelas X, dan kebetulan itu adalah materi yang mudah dan bisa saya pahami dengan baik "dulu". Buku kimia waktu saya sekolah pun masih ada. Jadi It's OK, ndak ada masalah. Belajar dikit, udah ngerti deh. Sebulan ngajar kimia, untung cuma dua puluhan anak. Jadi bisa terkondisikan, meskipun lagi-lagi saya gak pake acuan RPP, Silabus, Prota, Promes, dan Perangkat Pembelajaran Lainnya. Maaf, saya bukan guru yang baik..!!!

Lagi-lagi saya gak mau bahas masalah gaji, karena lebih ndak etis kalo gaji guru honorer seminggu saya cuma ngajar 6 jam kok diomongin, mending panjenengan sami menggalih piyambak :) Lagi-lagi, saya ngomong ini adalah pengabdian, jadi ndak sopan kalo saya nuntut macem-macem.

NYAMAN, saya semakin nyaman di akhir semester kedua. Yaaa, disitulah saya sudah benar-benar punya jati diri sebagai seorang guru. Meskipun kadang merasa GAK PANTES banget jadi guru. Lhah mau gimana lagi, mosok iya saya nuntut jadi tukang yang benerin pintu jebol... Atau nuntut jadi driver..?? Eh maaf, pondok belum punya Bis nding, tapi kalo panjenengan-panjenengan mau ikut bantu beli bis untuk anak-anak pondok yaaa nanti saya tak jadi drivernya :D

Pada intinya, saya nyaman... Nyaman sekali. Setahun berada di Madrasah, benar-benar dianggap sebagai bagian dari keluarga Darul 'Ulum. Dan kekeluargaan itulah yang saya cari. Maaf, di Madrasah saya tidak mencari nafkah, karena yang pantas mencari nafkah adalah si suami (nek rung duwe bojo, yooo nunggu wae).

OKE, dan pada intinya saya kembali ke madrasah benar-benar untuk mengabdikan diri, itu saja. Lagi-lagi jangan menganggap bahwa apa yang saya tulis adalah mengumbar kebaikan, saya saya bukan orang yang baik. Kalau panjenengan tidak percaya, bertanyalah kepada anak-anak. Pasti mereka akan menjawab dengan jujur.

Sebagai PENUTUP, saya mau mengucapkan terima kasih banyak kepada Keluarga Besar PP Darul 'Ulum Muhammadiyah Galur yang telah memberikan kesempatan dan tempat bagi saya untuk mengabdi, dan menjadi bagian kecil di dalamnya.

...dan, FINALLY sudah 1 th PENGABDIAN, baru dapat fotokopian dan foto ijazah ;)