Mimpi
besar saya untuk mendatangi Pulau Papua terkabulkan dengan cepat. Satu mimpi
yang menghantui sepanjang malam demi melihat secara langsung Bird of Paradise
di alam. Hal ini tercapai karena karena proses perjuangan. ITS Surabaya
merupakan sebuah kampus besar yang terletak di Kecamatan Sukolilo, Surabaya
Timur. Disini menjadi tempat tinggal saya untuk menuntut ilmu dan mengembangkan
diri. Selama di ITS saya sering mengikuti kegiatan yang diadakan, baik menjadi
anggota, panitia atau hanya sekedar ikut serta. Sebuah rizki yang sangat luar
saya dapatkan untuk ke Papua. Saya mendapatkan tiket emas itu dari hasil
membuat PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) bidang Pengabdian Masyarakat.
Gambar 1. Perjalanan Ke papua dengan KM Gunung Dempo |
Pulau
Papua merupakan suatu pulau yang memiliki bentang alam dan hutan yang masih
luas. Di pulau ini terdapat flora dan fauna yang sangat eksotik dan endemik,
seperti burung dari famili Paradisaeidae dan juga terumbu karang yang ada di
Raja Ampat. Untuk menuju Papua, biaya transportasinya tidaklah murah, jika
menggunakan kapal laut biaya yang dikeluarkan kurang lebih Rp.600.000,00 satu
kali perjalanan dari Pelabuhan Perak Surabaya menuju Pelabuhan Sorong. Perjalanan
dengan kapal laut membutuhkan waktu 5hari 5 malam, transit di Makassar dan ada
juga yang transit lagi di Ambon. Sedangkan jika ditempuh dengan pesawat, minimal
biaya yang dikeluarkan adalah sekitar
Rp.1.500.000,00 sekali perjalanan menuju Bandara Domino Eduard Osok,
Sorong hanya dengan waktu 5 jam dan transit sekali di Makassar. Harga makanan dan
minuman disana juga relatif mahal dan cukup menguras kantong. Meskipun menunya
sama dengan Jawa, tetapi porsinya 2 kali lipat. Sehingga dapat dikatakan bahwa melakukan
perjalanan ke Papua membutuhkan biaya yang cukup banyak. Meskipun demikian hasil
dan kepuasan yang akan didapatkan, jauh lebih banyak dan menyenangkan. Baik
berupa pengalaman maupun foto-foto menarik tentang kehidupan masyarakat Papua
dan kondisi bentang alamnya.
Gambar
1. Daftar menu makanan dan minuman di kota Teminabuan
PKMM
Rupo-Sepua mengantarkan saya dan tim menuju kampung Klamit. Dii kampung inilah
kami tim Rupo-Sepua melakukan pengabdian. SD Inpres No.153 Klamit merupakan
satu-satunya sekolah yang terdapat di kampung ini, dimana lokasinya sangat jauh
dari pusat pemerintahan. SD ini terletak di Kampung Klamit Distrik Sawiat
Kabupaten Sorong Selatan Propinsi Papua Barat. Daerah ini merupakan daerah
pedalaman yang sangat jauh dari kota. Untuk menempuh daerah ini memerlukan
waktu 4 - 5 jam dari kota Sorong dan 3 jam dari Teminabuan. Hal ini dikarenakan
jalan masih berupa jalan cor-coran dan beberapa jalan menuju lokasi sudah rusak
dan banyak perbaikan jalan. Bentuk jalanan naik turun dan bergelombang serta
harus melewati hutan dan bentang alam yang sangat luas. Sehingga sangat
berbahaya jika mengendarai sepeda motor melewati jalan ini karena babi hutan,
rusa, anjing sering melintas jalan. Kendaraan yang digunakan untuk melewati
jalanan ini berupa mobil ESTRADA dan beberapa truk yang
ongkosnya sangat mahal. Untuk naik mobil tersebut bisa memilih tempat duduk
sendiri jika mobil tidak penuh, dimana tempat duduk di dekat sopir harganya
Rp.250.000,-, sedangkan di bagian tengah harganya Rp.200.000,- dan bagian
bagasi belakang adalah Rp.150.000,-
Berdasarkan
informasi yang diperoleh, SD ini didirikan sejak tahun 2000 dimana sekolah ini
diperjuangkan oleh seorang guru saja yang berasal dari Sorong. Beliau sekarang
merupakan kepala sekolah dari SD Inpres No.153 Klamit. Kemudian mulai tahun 2007
mulai terdaftar di Dinas terdapat 3 orang guru yang terdiri dari 1 kepala
sekolah dan 2 guru yang berasal dari Jawa. SD Inpres No.153 Klamit merupakan
satu-satunya SD yang ada di Distrik Sawiat. Siswa yang sekolah berasal dari
Kampung Klamit dan desa sebelah yang baru saja terbentuk. Jumlah anak yang
bersekolah di SD Inpres No.153 Klamit adalah 51 siswa. Adanya SD ini awalnya
bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak agar bisa membaca dan
menulis. Hal ini menjadi tujuan utama karena dorongan dari orang tua murid
belum sepenuhnya diberikan untuk mendukung pendidikan. Sehingga pendidikan di
sekolah ini masih sangat membutuhkan perhatian pemerintah.
Kondisi
dari anak-anak yang bersekolah di SD Inpres No.153 Klamit harus membagi
waktunya antara sekolah dan bekerja.
Dimana untuk mengisi perut mereka harus mencari makan sendiri. Orang tua mereka
sudah tidak lagi mengurusi anak-anaknya karena setiap hari pergi ke hutan untuk
mencari hasil bumi yang bisa dipanen dan dijual ke pasar untuk ditukarkan
dengan bahan pangan. Sehingga anak-anak asli Papua harus mengurus makan mereka
sendiri. Sehari makan satu kali saja, bagi mereka sudah sangat cukup. Tidak ada
hiburan untuk mereka, kecuali mobil yang lewat jalan utama dari Sorong menuju
Teminiabuan. Selain itu, bagi orang yang tidak terbiasa tidur menggunakan
lampu, maka akan merasa sangat menderita tinggal di kampung ini. Karena di
Kampung ini tidak ada listrik, listrik menyala ketika masyarakat membayar pajak
listrik yang menggunakan tenaga solar sel. Sedangkan dilihat dari perekonomian
mereka, jika setiap hari harus membayar Rp.5.000,00 merasa keberatan, karena
penduduk Klamit tidak ada yang menjadi pegawai ataupun karyawan tetap.
Bagi saya,
hiburan yang menyenangkan adalah hutan dan isinya, begitu pula dengan mereka yang
senang di hutan. Hutan di Papua merupakan tempat yang indah, damai dan penuh
dengan imajinasi. Pengalaman yang paling menyenangkan ketika saya pergi ke
hutan adalah burung. Burung merupakan kehidupan, burung merupakan kesenangan.
Jika saya melihat burung, maka saya akan senang. Begitulah yang saya rasakan
ketika masuk ke hutan bersama anak-anak Papua (Yustus, Nahor, Yemris, Johan, Aris,
Yance, Roma). Daftar burung yang sudah teramati di Klamit Papua adalah Kakatua Koki
(Cacatua galerita), Cendrawasih kecil (Paradisaea minor), Julang Irian (Rhyticeros plicatus), Baza Pasifik (Aviceda subcristata)
dan masih banyak lagi spesies endemik lain. Karena kondisi hutan masih
rapat, maka burung-burungny masih banyak. Selain itu juga karena rapat,
sehingga menyebabkan hutan dingin dan rindang, kondisi ini sangat disukai
burung pada waktu siang hari. Selain itu, masih banyak hal lain yang dapat dilakukan
di hutan, seperti molo (menangkap
ikan dengan panah), memancing, mencari pisang, rusa, babi hutan, burung dan
lain sebagainya. Hasil buruan merupakan makanan bagi mereka. Keadaan yang
nyaman inilah yang membuat mereka juga lebih suka di hutan dari pada sekolah.
Pada
kehidupan sehari-hari, masyarakat di Papua sebenarnya sudah menerapkan pendidikan
lingkungan hidup. Mulai dari memanfaatkan tumbuh-tumbuhan liar sebagai obat, mengambil
pisang untuk makan, memburu rusa, babi, dan burung yang dimanfaatkan bulunya
untuk hiasan atau dapat juga dijual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,
masyarakat Papua sangat dekat ketergantungannya dengan alam. Melimpahnya sumber
daya alam yang ada di Papua saat ini mungkin masih cukup bagi masyarakat yang
ada di Papua, karena perbandingan luasan wilayah dengan penduduk yang
menghuninya relatif masih sedikit. Tidak tahu lagi bagaimana kondisi Pulau
Papua 5 atau 10 tahun yang akan datang, karena sudah banyak masyarakat luar
Pulau Papua yang menginginkan tanah yang kaya raya akan sumber daya alam dan
pekerjaan ini. Sehingga perlu ada pencegahan dini untuk mengatasi keadaan,
salah satunya adalah memberikan pengertian mengenai pemanfaatan sumber daya
alam serta ancaman pemanfaatan secara berlebihan.
Gambar 4. Mengenalkan macam-macam morfologi
daun kepada anak Papua
Oleh
karena itu, saya bersama tim PKMM Rupo-Sepua membawa misi pendidikan lingkungan
hidup untuk anak Papua. Kegiatan yang kami lakukan cukup sederhana dan
menyenangkan bagi mereka, yaitu jalajah alam, out bond dan games. Kami
mengenalkan pendidikan lingkungan hidup yang sebelumnya mereka tidak mengetahui
ilmunya. Harapan kami untuk anak-anak Papua sebagai generasi yang akan datang
ini adalah menjaga alam agar tetap lestari. Hutan yang masih sangat lebat dan
rapat. Air sungai yang masih sangat biru dan segar. Burung yang terdengar keras
kepakan sayapnya terbang diatas tajuk membuat saya ingin melihat dari
ketinggian tertentu. Sangat luar biasa kekayaan alam ini.
Jelajah
hutan yang kami lakukan disana, melewati hutan, menyeberang sungai dan membuat
jalan sendiri. Jelajah alam diisi dengan pemberian sepanjang jalan dengan materi
pendidikan lingkungan hidup. Kami mengajarkan kepada mereka tentang morfologi
daun, macam-macam bentuk daun, pengamatan burung, mengenal flora dan fauna
endemik Papua, mengenal fungsi hutan, air dan udara. Pada waktu itu saya sempat
meninggalkan sebuah pesan kepada mereka, “hutan, air, udara, pohon di Papua ini
masih sangat bagus. Tidak seperti di Jawa, air untuk minum saja harus beli,
pohon sudah jarang, banyak mobil lewat, rumah-rumah besar dan asap sangat banyak,
jadi panas sekali. Tidak seperti di Papua, air masih bagus, bisa untuk minum
langsung dan gratis. Pohon-pohon disini
masih banyak, jadinya dingin. Ini semua gratis. Ini semua milik kalian. Kalian
sebagai anak Papua asli harus menjaga hutan ini. Karena nantinya hutan yang
masih ada sekarang aalah untuk kalian juga. Jika ada orang lain ingin beli atau
mengambil bahkan merusak, maka jangan sampai boleh. Jaga baik-baik hutan ini.
Karena ini untuk masa depan kalian nanti, waktu sudah tua dan juga anak cucu.”
Gambar 5. Rumah Pohon, Sekolah Papua
(Rupo-Sepua)
Selain
kegiatan pendidikan lingkungan hidup, Tim Rupo-Sepua juga membuat sebuah
perpustakaan alam bagi anak Papua di SD Inpres No .153 Klamit. Perpustakaan
yang kami buat adalah berbentuk Rumah pohon, yang berfungsi sebagai pusat
pendidikan nonformal dan sebagai tempat belajar selain di sekolah. Karena fasilitas
pendidikan berupa buku-buku bacaan belum tersedia di sekolah ini, maka diharapkan
adanya Rupo-Sepua ini dapat bermanfaat bagi kecerdasan Anak Papua, minimal
wajib belajar 9 tahun. Special thanks to Nahor, Yustus, Aris, Yance, Yemris,
dan Roma dan lain-lain yang sudah bersedia membantu tim Rupo-Sepua untuk menyelesaikan rumah pohon untuk fasilitas
pendidikan di Klamit. Dan terima kasih banyak buat Mas Anton sekeluarga yang
sangat membantu kami sehingga pengabdian Tim Rupo-Sepua dari ITS Surabaya dapat
berjalan dengan lancar dan bermanfaat. Tidak lupa, kawan-kawan semua yang
membantu tim Rupo-Sepua untuk menyukseskan acara pengabdian, baik moril maupun
materiil. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Begitu juga untuk
pengabdian ini, diharapkan tidak terhenti sampai disini.
Pengabdian
ini mengingatkan saya akan sebuah film yang baru saja saya lihat, yaitu Denias,
Negeri Di atas Awan. Ketika menulis buku ini, saya juga terinspirasi oleh film
tersebut. Sehingga dalam bayangan saya, andai saja waktu itu bisa membuat film
PKMM Rupo-Sepua tentang pendidikan lingkungan hidup, saya rasa dunia pendidikan
akan mulai gencar kembali. Menurut saya, pendidikan di Papua memang sangat
membutuhkan perhatian. Doa ini selalu terlukis sepanjang hari, dimana saya nantinya
akan membawa arah pendidikan di Papua lebih terarah dan sumber daya manusia
masyarakat Papua dapat bersaing. Jadi tidak hanya flora, fauna dan sumber daya
alam sajayang di cari, tetapi sumber daya manusia juga diperhitungkan. Tetapi
yang paling penting adalah kita semua sebagai makhluk yang berjiwa sosial dan
berakal pikiran, sudah seharusnya sama-sama untuk menjaga dan melestarikan alam.
Klamit
membuat saya ingin kembali kesana, Paradisaea
minor suatu saat nanti kita pasti akan bertemu kembali. Begitu pula untuk
kerabat yang lainnya. Saudara-saudaraku di Papua, saya akan datang kembali
untuk tri darma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian).
Berikut sebuah lagu dari sound track Denias, Negeri Di Atas Awan.
Bagai mentari
Bersinar di indahnya pagi
Alam hidupmu
Siap memancarkan sinar
Lihatlah hidup mu, penuh dengan kesempatan
Walau beban hidup mu menghalang
Jangan lari dari beban mu
Reff : Hidup
mu indah bila kau tau
Jalan mana yang
benar
Harapan ada,
harapan ada
Bila kau mengerti
Hidpmu indah bila
kau tau
Jalan mana yang
benar
Harapan ada,
harapan ada
Bila kau percaya
Bagai mentari
Adalah hidup mu
Siap memancarkan sinar
Lihatlah hidup mu
Penuh dengan kesempatan
Jalinan temukan pastikan
Mengharap kau menembus
*Back to reff
Betapa
indah Papua, betapa kaya Papua, Tetap lestarikan hutan dan isinya!
Itu sudah....!!!