Libur telah
tiba
Akhir tahun
merupakan masa liburan rutin yang diawali sebelum Hari Raya Natal hingga Tahun
Baru. Pada rentang waktu ini, anak-anak libur sekolah semester ganjil. Biasanya
setelah selesai ujian atau setelah pembagian raport ditutup dengan berwisata. Sedangkan
bagi orang yang sudah bekerja, rata-rata mengambil cuti pada masa ini. Sehingga
bagi mereka yang sudah berkeluarga tentunya memanfaatkan waktu untuk wisata
keluarga.
Pada masa
liburan ini tentu banyak orang mengincar kota Jogja sebagai tempat berwisata.
Hal ini didukung oleh banyaknya pariwisata yang ditawarkan, mulai dari wisata
candi sebagai tempat bersejarah, pantai, hingga puncak. Tujuan wisatawan ke
Jogja belum lengkap jika tidak berbelanja ke Malioboro, pusat perbelanjaan yang
lengkap dan terkenal murahnya. Hingga akhirnya muncul istilah Jogja dengan
sejuta kenangan dan wajib datang lagi jika liburan datang.
Wajib belanja di
Malioboro
Waktunya para wisatawan
berbondong-bondong memasuki Daerah Istimewa Yogyakarta. Bus-bus besar
yang mengangkut 60 penumpang berjalan pelan secara berurutan. Tujuan akhir
mereka berbelanja di Jalan Malioboro hingga jam sepuluh malam. Lampu penerang
pun kini akhirnya penuh dengan bayangan. Inilah pemandangan sepanjang malam di
Malioboro di waktu liburan.
Jalan masuk
menuju Malioboro penuh dan sangat padat. Ujung bahkan sampai ke ujung lampu
merah menyambung. Mulai dari Jalan Kusumanegara, Jalan Sultan Agung, Jalan KH
Ahmad Dahlan, tersusun rapat bus besar, mobil, taksi, tanpa ada ruang untuk
penyeberang. Mulai dari habis asar, parkir mobil di tepi jalan sudah mulai
penuh. Urut dari Parkir bus Pariwisata di ujung timur yaitu di sebelah Bank
Indonesia sudah penuh dari siang, lalu di buka tempat parkir baru disebelah
barat Bank BNI, juga penuh, dan yang terujung yaitu parkir Ngabean pun penuh.
Lalu, bagaimana dengan bus-bus pariwisata yang datangnya kemalaman?
Jika bus-bus
pariwisata ini harus memindahkan sisi parkir, dari parkir selatan menuju ke
utara pada kondisi lalu lintas yang padat ini, mungkin bisa menghabiskan waktu
1–2 jam. Waktu yang terbuang terlalu banyak, jika dipaksakan, belum lagi
kepastian tempat parkirnya. Maka, permasalahan yang terjadi bukan permasalahan
jauhnya tempat parkir akan tetapi karena terlalu sempitnya jalan kota untuk
dilalui bus pariwisata. Mengingat bahwa jalan kota Jogja, lebarnya hanya cukup
untuk berjajar antara bus pariwisata dengan sebuah sepeda motor. Maka, sebaiknya
pemerintah kota segera membuat kebijakan untuk kelancaran lalu lintas ini.
Optimalkan
keberadaan Trans Jogja
Mengingat
kondisi jalan yang kurang memadai untuk bus pariwisata, dalam hal ini Jogja sebenanya
sudah mempunyai solusinya. Salah satu alternatif yaitu memerankan Trans Jogja sebagai
kendaraan umum yang cukup memadai untuk mengurangi jumlah bus pariwisata masuk
ke kota Jogja.
Tempat parkir
yang sudah disediakan cukup sebagai tempat parkir mobil, travel, dan Trans
Jogja. Sedangkan untuk bus pariwisata seluruhnya parkir di luar kota Jogja,
misalnya sepanjang Ring Road dibuatkan kantong parkir untuk bus Pariwisata.
Sehigga bus Pariwisata tidak lagi masuk ke kota Jogja. Jika kondisi ini dapat
diterapkan, maka Pemerintah Kota Jogja tidak perlu melakukan pelebaran jalan.
Pemerintah kota
Jogja sebaiknya bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Perhubungan agar
dapat memanfaatkan Trans Jogja sebagai transportasi penghubung untuk
mengantarkan wisata keliling kota jogja. Hanya dengan tiket Rp. 3.500,00
wisatawan justru dapat mengelilingi kota Jogja dengan santai dan cepat. Di
tambah lagi, kini peran duta pariwisata Jogja juga dapat dilibatkan untuk lebih
mengenalkan Jogja kepada masyarakat luas.
Atau Darurat
Menambah Kantong Parkir di Kota Jogja?
Namun, jika alternatif
pertama tidak mungkin diaplikasikan dalam waktu dekat, maka solusi yang kedua
yaitu menambah kantong parkir bus pariwisata di sekitar Malioboro. Penambahan
kantong parkir tidak harus dengan membangun, namun cenderung mengefektifkan
tempat-tempat yang luas dan cukup untuk bus pariwisata. Kondisi ini tentu harus
bekerja sama dengan pihak masyarakat Jogja. Ketertiban tetap menjadi tanggung
jawab bersama.
Oleh karena
itu, jika alternatif memanfaatkan Trans Jogja dirasa lebih efektif, maka perlu
adanya persiapan yang lebih matang dari berbagai pihak khususnya para Duta
Wisata Jogja. Namun, pada masa liburan
akhir tahun ini, sepertinya penambahan kantong-kantong parkir untuk bus
pariwisata menjadi masalah yang darurat dan harus secepatnya diselesaikan. Sehingga
para wisatawan tidak merasa kecewa atas kondisi yang ada.