Introspeksi diri |
"menjalani kehidupan itu tak semudah mengutarakan teori"
sebuah teori, mudah untuk dilontarkan, namun sulit untuk dipraktekkan,
seperti halnya orang awam yang harus belajar aljabar dan tidak mengerti untuk apa dia mempelajarinya...
ada pula yang mudah untuk diterapkan, tapi teorinya malah rumit,
seperti halnya orang sepuh yang mahir menghitung uang, sedangkan untuk belajar akuntansi bisa jadi mereka tak mampu
lagi-lagi...
terkadang kita harus berpikir keras untuk memperoleh keinginan
namun bisa jadi kita belum berusaha, sudah dapat hadiah...
itulah kehidupan,
dimana masing-masing dari kita punya cerita yang berbeda untuk menjalaninya
ingatan masa kecil hingga saat ini, bisa kita jadikan bahan introspeksi diri
ada banyak manusia yang terlahir lengkap sempurna dengan orang tuanya,
namun tidak sedikit pula manusia yang terlahir tanpa salah satu atau keduanya
begitu pula saya, yang begitu terlahir lengkap tak kurang suatu apapun,
keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, bahkan hingga saya berumur 16 tahun,
semuanya sempurna, di dalam sebuah keluarga yang sederhana
lalu setelah itu, kehilangan seorang ayah untuk selama-lamanya menjadi bagian dari kehidupan
yang menjadi sebuah pengingat, bahwa segala kehidupan kita, ada yang mengatur
di umur yang ke 24 ini
sudah seharusnya saya menjadi seseorang yang dewasa dan mempersiapkan diri untuk masa depan
target, rencana, sudah dirancang sedemikian rupa dengan sejuta impian
tapi tetaplah, Sang Pengatur Kehidupan adalah Penentunya
Kita tidak perlu khawatir,
mengenai Ketentuan-Nya,
karena semua itu adalah keputusan yang terbaik untuk kita
seperti halnya orang sepuh yang mahir menghitung uang, sedangkan untuk belajar akuntansi bisa jadi mereka tak mampu
lagi-lagi...
terkadang kita harus berpikir keras untuk memperoleh keinginan
namun bisa jadi kita belum berusaha, sudah dapat hadiah...
itulah kehidupan,
dimana masing-masing dari kita punya cerita yang berbeda untuk menjalaninya
ingatan masa kecil hingga saat ini, bisa kita jadikan bahan introspeksi diri
ada banyak manusia yang terlahir lengkap sempurna dengan orang tuanya,
namun tidak sedikit pula manusia yang terlahir tanpa salah satu atau keduanya
begitu pula saya, yang begitu terlahir lengkap tak kurang suatu apapun,
keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, bahkan hingga saya berumur 16 tahun,
semuanya sempurna, di dalam sebuah keluarga yang sederhana
lalu setelah itu, kehilangan seorang ayah untuk selama-lamanya menjadi bagian dari kehidupan
yang menjadi sebuah pengingat, bahwa segala kehidupan kita, ada yang mengatur
di umur yang ke 24 ini
sudah seharusnya saya menjadi seseorang yang dewasa dan mempersiapkan diri untuk masa depan
target, rencana, sudah dirancang sedemikian rupa dengan sejuta impian
tapi tetaplah, Sang Pengatur Kehidupan adalah Penentunya
Kita tidak perlu khawatir,
mengenai Ketentuan-Nya,
karena semua itu adalah keputusan yang terbaik untuk kita