Sebagai
seorang pengabdi, maka bolehlah kalian menyebut saya sebagai “mahasiswi
usai wisuda”. Saya sendiri sadar, bahwa ijazah asli itu belum ada
ditangan saya. Karena selepas wisuda ijazah itu ditahan ditempat yang
tenang,nyaman dan damai, yaitu di tangan Dir.PDPontren Kemenag RI.
Jadi, jangan anggap saya sebagai sarjana jika ijazah itu belum ada ;)
FLASHBACK
: Niat dan tekad saya selepas sidang hanya satu, yaitu PENGABDIAN.
Meskipun di akhir sidang waktu itu, dosen pembimbing dan
penguji menyatakan sayang sekali kalo saya tidak melanjutkan penelitian
saya. Beliau berharap bahwa hasil Tugas Akhir saya bisa jadi sebuah buku.
Jawaban saya singkat, “Insya Allah, jika suatu saat nanti saya diberi
kesempatan lagi.” Dan dalam benak saya mengatakan “meskipun kesempatan
itu sangat kecil.”
PERJALANAN PENGABDIAN :
PENGANTAR
: Sejujurnya saya bukan santri aseli yang tinggal dan menetap dipondok
(santri semacam saya ini biasa disebut SANTRI KALONG), dimana
saya menimba ilmu di sebuah madrasah yang berada di bawah naungan
Pondok Pesantren. Meskipun saya santri kalong,tapi rumah saya berada
dekat dengan madrasah dan pondok pesantren. Kegiatan keagamaan dan
suasana religious sangat melekat di desa kami. Hehe…. (cuma ngelesss…)
Lalu,
selepas wisuda saya pun langsung kembali ke pondok pesantren,
dan melaporkan diri bahwa saya bermaksud mengabdi untuk pesantren. Entah
dimana saya mau ditempatkan, entah menjadi apa, entah mau diapakan, saya
manut-manut saja. Akan tetapi, setahun sebelum saya lulus sudah diwanti-wanti untuk menjadi guru IPA Biologi di MTs. Yaa…. Sudah saya sampaikan, sampai di pondok pun, saya manut. Manut mau diapa-apakan.
Alhasil,
pertama kali mengabdi masuk di MTs Darul ‘Ulum saya diminta
untuk mengajar Akidah Akhlak (menggantikan kakak saya). Dung___Deng___
(dalam batin mengatakan : aku iki wong kelakuane pethakilan, gaweane
misoh-misoh. Lhah kok…!!). But, It’s Ok! ndak masalah saya bilang.
Pertama saya optimis dan khusnudzon aja dulu, saya mbatin justru ini akan
menjadi salah satu jalan agar saya menjadi orang Jogja yang baik-baik
lagi. Meskipun yaaa agak gimana gitu…
SOALNYA :
dikampus dulu, Saya terkenal sebagai cewek tomboy, yang GAK pernah mau
memakai rok sama sekali (kecuali pada saat pelatihan), kini
harus membiasakan diri jadi ROKER. Dan gak pernah mau berdandan (make
up), dan kini saya harus berpenampilan rapi. What the ….!!! Okelah, ndak
pa-pa, maju terus pantang mluntir untuk pengabdian.
SEDIKIT
DEMI SEDIKIT : Saya mulai betah dan bisa beradaptasi. Akhirnya setelah 3
bulan saya menjadi lebih PEDE tinggal di dunia pendidikan,
meskipunASELI-nya bukan lulusan pendidikan. Akhir Bulan Oktober, saya
mulai diberi amanah untuk mengajar Biologi kelas VIIIC (yang
katanya kelas yang butuh perhatian khusus). Di Bulan Oktober pun saya
sudah mulai dekat dengan anak-anak, dan mulai dari situ pula sebuah
rintisan pendirian Kelompok Ilmiah Remaja di MTs, saya bikin.
Berbagai
macam kegiatan sederhana yang berbasis lingkungan menjadi fokus Kelompok
Ilmiah Remaja. Dasar saya sebagai orang ekologi dan pengamat burung
akhirnya tidak sia-sia. Bersama kelompok ilmiah remaja itu, saya mulai
mengarahkan mereka untuk menjadi saintis-saintis remaja yang peduli
terhadap kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. Mengenalkan
keanekaragaman jenis burung, ikan, serangga dan tumbuh-tumbuhan yang ada
di sekitar lalu menulisnya ke dalam bentuk artikel ilmiah dalam sebuah blog yang dikelola sendiri.
HARI
DEMI HARI, terus saya lalui tanpa rasa grusa-grusu. Yang lain pada
mikirin jadi PNS, saya tetap santai dan nyaman saja jadi guru honorer
yang digaji Rp 150.000,00 (sebulan) dengan jam ngajar 17 jam/minggu.
Bukan kejam, tapi yaaa emang segitu bayarannya guru honorer, apalagi
macam Pengabdi seperti saya. Mau nuntut...?? Nuntut apa..?? Gak sopan
banget rasanya kalo saya nuntut-nuntut. Wes opo anane wae, dijalani
takdir yang sudah dituliskan oleh Yang Maha Kuasa. Saya tetep betah dan
tambah betah mengajar. Bahkan di semester kedua pun amanah saya
bertambah jadi guru TIK. Padahal kemampuan IT dan ngajar saya cuma
dibawah rata-rata. Tapi, yaa mau gimana lagi. Ini namanya anugrah :)
masih ada waktu untuk belajar, mumpung masih muda dan mbah GOOGLE pun
sumber ilmu yang Gratis tisss tisss...
Begitu masuk
di semester genap pun, saya juga diberi amanah di MA untuk menggantikan
beliau guru Kimia yang sedang cuti melahirkan selama 1 bulan. Untungnya
kelas X, dan kebetulan itu adalah materi yang mudah dan bisa saya
pahami dengan baik "dulu". Buku kimia waktu saya sekolah pun masih ada.
Jadi It's OK, ndak ada masalah. Belajar dikit, udah ngerti deh. Sebulan
ngajar kimia, untung cuma dua puluhan anak. Jadi bisa terkondisikan,
meskipun lagi-lagi saya gak pake acuan RPP, Silabus, Prota, Promes, dan
Perangkat Pembelajaran Lainnya. Maaf, saya bukan guru yang baik..!!!
Lagi-lagi
saya gak mau bahas masalah gaji, karena lebih ndak etis kalo gaji guru
honorer seminggu saya cuma ngajar 6 jam kok diomongin, mending
panjenengan sami menggalih piyambak :) Lagi-lagi, saya ngomong ini
adalah pengabdian, jadi ndak sopan kalo saya nuntut macem-macem.
NYAMAN,
saya semakin nyaman di akhir semester kedua. Yaaa, disitulah saya sudah
benar-benar punya jati diri sebagai seorang guru. Meskipun kadang
merasa GAK PANTES banget jadi guru. Lhah mau gimana lagi, mosok iya saya
nuntut jadi tukang yang benerin pintu jebol... Atau nuntut jadi
driver..?? Eh maaf, pondok belum punya Bis nding, tapi kalo
panjenengan-panjenengan mau ikut bantu beli bis untuk anak-anak pondok
yaaa nanti saya tak jadi drivernya :D
Pada intinya,
saya nyaman... Nyaman sekali. Setahun berada di Madrasah, benar-benar
dianggap sebagai bagian dari keluarga Darul 'Ulum. Dan kekeluargaan
itulah yang saya cari. Maaf, di Madrasah saya tidak mencari nafkah,
karena yang pantas mencari nafkah adalah si suami (nek rung duwe bojo,
yooo nunggu wae).
OKE, dan pada intinya saya kembali ke
madrasah benar-benar untuk mengabdikan diri, itu saja. Lagi-lagi jangan
menganggap bahwa apa yang saya tulis adalah mengumbar kebaikan, saya
saya bukan orang yang baik. Kalau panjenengan tidak percaya, bertanyalah
kepada anak-anak. Pasti mereka akan menjawab dengan jujur.
Sebagai
PENUTUP, saya mau mengucapkan terima kasih banyak kepada Keluarga Besar
PP Darul 'Ulum Muhammadiyah Galur yang telah memberikan kesempatan dan
tempat bagi saya untuk mengabdi, dan menjadi bagian kecil di dalamnya.
...dan, FINALLY sudah 1 th PENGABDIAN, baru dapat fotokopian dan foto ijazah ;)