Alkisah, dari mendengar, melihat, mengamati kondisi MADRASAH yang saat ini semakin ditinggalkan oleh masyarakat
Beberapa
kali, bahkan sangat sering kali saya mendengar celetukan bahkan
permohonan "minta tolong ya, kalo ada sanak saudara, atau kenalan,
silahkan daftarkan di Madrasah kami." Atau suatu ketika bapak-ibu guru
dari madrasah mendatangi sekolah-sekolah ditingkat bawahnya untuk
memperoleh murid demi kelangsungan hidup sebuah "madrasah". Dan ada juga
yang membuat brosur dengan berbagai desain dan hanya disebarkan tanpa
ada sosialisasi yang jelas (pada akhirnya malah menjadi sampah).
Ini
semua FAKTA, kita harus sama-sama menyadari.
Disini
saya tidak mau berdebat masalah gerakan Islam (Muhammadiyah, Nadhatul
Ulama, atau yang lain). Tapi berhubung saya adalah orang Muhammadiyah,
tinggal di lingkungan Muhammadiyah, bahkan sekolah saya pun adalah
"madrasah" Muhammadiyah. Maka perkenankanlah saya membuat pernyataan tentang "madrasah"nya, bukan Muhammadiyahnya. Oleh karena itu, dari
sinilah saya akan mencoba membuat beberapa pernyataan tentang
"madrasah".
Pernyataan-pernyataan yang timbul nantinya adalah pendapat
saya pribadi terhadap kondisi madrasah saat ini. Sehingga, jika ada pro
atau kontra terhadap pernyataan yang saya sampaikan, maka hanya cukup
menjadi pembanding saja. Oke, cukup sekian pengantar yang saya
sampaikan, mohon agar dimengerti.
Dalam sebuah hadist disebutkan:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
"Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka dimudahkanlah surga" (HR. Muslim)
Pada
umumnya ilmu dapat diperoleh dari sekolah, madrasah, kampus, dan
lembaga pendidikan lainnya. Tapi, sebenarnya ilmu itu dapat diperoleh
dari mana saja dan kapan saja tidak terbatas pada tempat-tempat
tersebut. Misalnya saja, ada seseorang pencari kerang yang pekerjaannya
bertempat di atas lumpur, begitu susahnya dia berjalan dengan kedua
kakinya karena selalu terpelosok. Kemudian seseorang itu melihat seekor
ikan mudskipper yang bergerak ngesot-ngesot menyusuri lumpur. Dia
berpikir, mungkin dengan permukaan yang luas dia tidak akan tenggelam.
Akhirnya pencari kerang itu, berupaya agar dirinya tidak terjebak dalam
lumpur dengan permukaan tubuh ikan tersebut maka dia dapat bergerak.
Akhirnya seseorang tersebut berfikir, jika saya bergerak ngesot-ngesot
seperti ikan mudskipper mungkin tidak akan terpelosok. Sehingga
dicobalah, gaya ngesot ikan mudskipper tersebut untuk berjalan di
lumpur.
Begitulah ilmu.
Sedikit mengerucut, tempat
menuntut ilmu di suatu tempat misalnya adalah di sekolah atau madrasah. Di
Indonesia, Sekolah dan Madrasah sama-sama mengajarkan ilmu pengetahuan
umum serta teknologi terhadap anak didiknya. Sedangkan perbedaan antara
sekolah dan madrasah terletak pada banyak sedikitnya ilmu agama yang
diberikan. Jika di sekolah negeri hanya diajarkan pendidikan agama, maka
di madrasah pendidikan agama dibagi menjadi qur'an hadits, fiqih,
akidah akhlak, tarikh, dan bahasa arab. Oleh karena itu, "Madrasah"
seharusnya menjadi pilihan utama bagi masyarakat dalam menempuh
pendidikan. Karena madrasah mampu memberikan bekal untuk kesuksesan
dunia dan akhirat. Keseimbangan dua
ilmu ini sangat penting menjadi pegangan dalam hidup di dunia ini.
Sehingga dapat tercipta insan yang mampu menempatkan diri sebagai hamba
Allah dan sebagai makhluk sosial yang diciptakan dan hidup di dunia.
Jadi Bapak-Bapak, Ibu-ibu, Pak Lek, Bu Lek, Pak dhe, Mbok dhe...
Menuntut
ilmu, tidak harus di sekolah negeri, tidak harus di luar negeri, tapi
alangkah lebih baik sambil jadi SANTRI. Begitulah istilah yang pantas
disampaikan, agar senantiasa orangtua mampu mendorong anaknya untuk
gemar menuntut ilmu, khususnya ilmu agama sebagai bekal akhirat kelak.
Lalu, Pendidikan yang seperti apakah yang mampu mendampingi anak-anak agar
gemar menuntut ilmu agama..?? Iya, pendidikan di MADRASAH tentunya.
Oleh
karena itu, Madrasah pantas untuk dipilih, Madrasah layak untuk
berkembang dan maju.
Lalu, apa alasan mereka tidak mau memilih ke madrasah..? Berikut beberapa hasil survey dari beberapa orang
- Keinginan orang tua mereka agar anaknya sekolah di sekolah negeri NUMBER ONE di kabupaten/propinsi
- Siswa cenderung masih mengikuti teman
- Benar-benar ingin bersaing
- Siswa tidak senang menuntut ilmu agama (inilah yang menjadi ancaman besar)
Yaaa,
sekilas begitulah alasan-alasan yang sering menggelitik telinga saya,
terutama alasan yang pertama. Banyak bapak/ibu guru yang mengajar di
madrasah namun anak-anak beliau tidak disekolahkan di tempat
beliau-beliau mengajar. Bahkan bapak/ibu guru seraya, menyarankan kepada anak-anak mereka untuk sekolah ke
sekolah-sekolah unggulan.
Lalu, siapa yang mau menuntut ilmu di madrasah tempat njenengan mengajar..??
anak siapa..?? anak tetangga njenengan.?? menunggu anak pindahan.?? atau anak dari luar pulau..??
Jika dibiarkan terus menerus, bagaimana nasib MADRASAH tempat panjenengan mengajar..?
Bisa menjadi HEBATkah..??
Ya,
begitulah FAKTA yang terjadi dalam lingkup madrasah atau sekolah-sekolah yang kurang diminati.
Banyak tenaga
pendidik yang bekerja di madrasah, namun kurang tanggap dalam
mengembangkan madrasah.
|
Gambar. Madrasah DU Muhammadiyah berdiri 5 Juli 1932 pernah memiliki murid sedikit |
|
Sedikit gambaran, dulu Bapak saya adalah pengurus
Muhammadiyah (sudah almarhum). Sejak kecil saya di sekolahkan mulai dari TK ABA, SD
Muhammadiyah, MTs Muhammadiyah, dan MA Muhammadiyah... Semua sekolah memiliki pendidikan agama yang lengkap. Berawal dari
situlah, saya mulai menyadari betapa besarnya peran orang-orang yang
berada di dalam sistem terhadap perkembangan sebuah madrasah.
Mulai terbayang-bayang dalam pikiran saya. Betapa besarnya jalur pendidikan agama, yang sudah ada sejak dulu, namun kurang disadari oleh masyarakat.
Misalnya, dalam Alur pendidikan Muhammadiyah,
mulai
dari TK ABA - SD/MI Muhammadiyah - SMP/MTs Muhammadiyah - SMA/MA/SMK
Muhammadiyah - PT Muhammadiyah - tenaga pendidikan/kader Muhammadiyah
LUAR
BIASA HEBATNYA, jika semua menyadari dan mampu berperan aktif untuk
memajukan pendidikan mengikuti alur tersebut. Pada akhinya Sekolah dan
Madrasah mampu bersaing secara global.
Sebagai
penutup, saya hanya ingin menyampaikan "Sekolahkan Putra-putri
Kesayangan panjenengan ingkang berada di lingkup MADRASAH" dan mari kita
memajukan madrasah melalui potensi-potensi putra-putri bapak ibu guru
sekalian, jangan hanya menunggu dan mencari, tapi mari kita turut
berkontribusi. Jangan takut, mengajar anak sendiri di sekolahan, karena
putra-putri panjenengan Insya Allah sebagai teladan bagi
teman-teman/anak-anak yang lain atas apa yang bapak/ibu guru sampaikan.
Sekian, semoga bermanfaat.
I love Madrasah
anak tetangga njenengan.??